Diskursus Gerakan Salamullah Lia Eden
Abstract
Indonesia has been overcrowded by spiritual movements which provide a quest for spiritual satisfaction. Among all spiritual movement in Indonesia, Salamullah was a few leads by a woman. Lia Eden, her original name is Lia Aminuddin, took a significant role in the new spiritual movement in Indonesia. Interestingly, in patriarchal culture as in Indonesia, Lia Eden has successfully gained followers from both sexes. The question then arises, what kind of pedagogical method she used to gain followers? How Salamullah treat followers from different sexes? Are there any differences? This paper is aim to answer those questions based on spirituality, pedagogy, and Salamullah as a counter-public movement. The narration of Salamullah movement will be started from its history which then continued by the pedagogical approach used by Salamullah, and the next narration will examine the position of Salamullah as a counter-public movement. [Telah sejak lama gerakan spiritual meramaikan kontestasi agama di Negara Indonesia. masifnya gerakan spiritual di Indonesia tidak terlepas dari upaya untuk memenuhi kepuasan secara spiritual. Menariknya, dari sekian banyak gerakan spiritual yang berkembang di Indonesia, terdapat Salamullah yang dipimpin oleh seorang perempuan. Lia Aminuddin, atau yang lebih dikenal dengan Lia Eden memiliki peran yang sangat signifikan dalam gerakan spiritual di Indonesia sebagai salah satu pendobrak sistem keagamaan yang telah lama dikuasai oleh kekuasaan patriarki. Terlebih lagi, Lia Eden dapat menarik pengikut dari kedua gender, laki-laki maupun perempuan. Pertanyaan yang muncul kemudian adalah narasi apa yang ia gunakan untuk menarik para pengikut? Bagaimana Salamullah memperlakukan pengikut dari gender yang berbeda? Apakah mereka diperlakukan dengan sama? Makalah ini mencoba menjawabnya melalui tema spiritualitas, narasi, dan gerakan Salamullah sebagai suatu counter-public. Penjelasan akan diawali dengan sejarah singkat Salamullah yang dilanjutkan dengan penjabaran narasi yang digunakan oleh Lia Eden, serta diakhiri dengan analisis gerakan Salamullah sebagai suatu counter-public.]