INTERAKSI SIMBOLIS PONDOK PESANTREN SALAFI DAN MASYARAKAT

Abstract

Pondok pesantren “salafi” selama ini diasumsikan memiliki interaksi yang tidak harmonis dengan masyarakat. Penelitian ini membahas tentang salah satu pondok pesantren “salafi”, yaitu Pondok Pesantren Imam Bukhari (PPIB) Selokaton, Karanganyar; tentang bagaimana sejarah berdirinya danbagaimana interaksi PPIB dengan masyarakat sekitarnya. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan data yang dikaji adalah data-data tertulis dalam sejumlah dokumen resmi dari PPIB yang berhubungan dengan kegiatan keagamaan di masyarakat sekitarnya dan berbagai wawancara yang melibatkan pihak PPIB dan pihak-pihak terkait seperti para takmir masjid di sekitar PPIB serta beberapa tokoh masyarakat. Asumsi tentang interaksi yang tidak harmonis pondok pesantren “salafi” dengan masyarakat tersebut ternyata tidak selamanya benar. Penelitian ini menemukan adanya interaksi simbolis antara PPIB dan masyarakat sekitarnya. PPIB memilih untuk membuat kegiatan yang berupa tahsin al-Qur’an yang notabene merupakan kegiatan yang dapat diterima oleh semua kalangan dengan berbagai latar belakang keagamaan yang berbeda-beda. Dengan cara ini, PPIB bertindak agar tidak mendapatkan reaksi penolakan dan pertentangan dari masyarakat Selokaton. PPIB juga memilih tema yang bersifat umum dalam khutbah Jum’at yang makmumnya memiliki keragaman pemahaman keagamaan untuk menghindari adanya konflik dengan masyarakat. Hal ini juga dilakukan oleh masyarakat Selokaton dalam berinteraksi dengan PPIB. Kesediaan mereka mengundang ustaz atau penceramah dari PPIB dalam beberapa kegiatan keagamaan mereka, kesediaan mereka melakukan salat ‘Id di pelataran PPIB menjadi sebuah simbol penerimaan mereka akan keberadaan PPIB. It was being assumed that the salafy boarding school was in disharmony with its surrounding society. This research is about the one of salafy boarding school: Pondok Pesantren Imam Bukhari (PPIB) Selokaton Karanganyar. This research seek to descripe its history and its interaction with the surrounding community. This study is a field research. All data were collected from PPIB’s official documents that are related to religious activities in its surrounding community. Interview with the key informans from PPIB and clerical otorities like Ta’mir masjid was also conducted. The assumtion of the disharmony occurance in the interaction between PPIB dan its surrounding society was no longer true. The research found there was a symbolic interaction between PPIB and its surrounding communities. PPIB created activities like tahsin Qur’an that could be accepted by all people with the various religious backgrounds. For not getting the rejection and opposition from the Selokaton people, PPIB choose the common theme for a Friday sermon that had the difference followers of religious understanding. It was also to avoid conflict with the public. This was also done by the Selokaton people in their interaction with PPIB. Their willingness to invite the religious teacher from PPIB to their religious activities, like performing the id prayer in the PPIB’s courtyard was a symbol of their acceptance of the PPIB existence.