Gerakan Reformasi Pendidikan Islam di Indonesia Awal Abad Ke-20: Studi Kasus Muhammadiyah

Abstract

Artikel ini membahas modernisasi pendidikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah pada awal abad ke-20 sekitar tahun 1911-1932. Modernisasi yang digagas oleh pendiri Muhammadiyah sesungguhnya dilatarbelakangi oleh kondisi sosial keagamaan umat Islam saat itu yang masih tertinggal dalam seluruh aspek kehidupannya. Bagi Muhammadiyah, untuk mengatasi hal tersebut kuncinya melalui modernisasi pendidikan. Modernisasi pendidikan yang dilakukan oleh Muhammadiyah ditempuh dengan cara mengadaptasi sistem pendidikan Belanda dalam pendidikan Islam. Hasilnya, terbentuklah model sekolah Muhammadiyah seperti model sekolah Belanda yang oleh Azra mnyebutnya sebagai “Sekolah Umum Plus”, atau oleh Streenbrink menyebutnya “Sekolah Ultra Konservatif”. Selain pelajaran agama, di sekolah tersebut, diajarkan juga pelajaran umum; instrumen belajar diadopsi langsung seperti cara Belanda; diberlakukan sistem penjenjangan dan pembayaran sekolah dari siswa; serta yang paling fenomenal adalah para guru telah diberikan insentif berupa gaji. Semua hal ini, yang kita lihat sekarang sebagai sesuatu yang biasa, pada saat itu merupakan sesuatu yang sangat baru, aneh dan bahkan luar biasa.