DIGLOSIA BAHASA ARAB (Dilema Penggunaan Dialek Fuṣḥā dan ‘Ᾱmmiyah)
Abstract
Masyarakat Arab Jahiliyah sebelum datangnya Islam sudah memiliki bahasa bersama (ligua franca), yang disebut bahasa fusḥā. Seiring dengan perkembangan waktu dan tempat, serta meluasnya pergaulan masyarakat, fenomena laḥn (kesalahan menggunakan bahasa) banyak terjadi, maka muncullah bahasa ‘āmmiyah. Kedatangan Islam melalui Alquran dan Hadis menguatkan bahasa fuṣḥā, namun bahasa ‘āmmiyah tetap digunakan secara alami. Fenomena diglosia ini menjadi dilema karena fuṣḥā yang teratur dan‘āmmiyah yang tak teratur sama-sama digunakan meskipun dalam konteks yang berbeda. Bahasa fuṣḥā digunakan pada forum-forum resmi, keagamaan, dan komunikasi yang luas, sedangkan bahasa ‘āmmiyah digunakan dalam forum-forum tidak resmi dan bebas. Dalam konteks keindonesiaan, bahasa fuṣḥā tumbuh dan berkembang seiring dengan Alquran dan Hadis Nabi sebagai bagian dari materi pelajaran agama Islam di lembaga-lembaga pendidikan. Kondisi ini selanjutnya mengilhami peran bahasa Arab dalam membangun peradaban.