An-Naht dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Arab (Kajian Analisis Kontrastif)
Abstract
Bahasa Arab dan bahasa Indonesia masing-masing memiliki sistem bahasa yang berbeda-beda. Kedua bahasa itu mempunyai teori an-Naht yang mempengaruhi dalam perkembangan sistem keduanya. Kasus an-Naht dalam bahasa Arab maupun Indonesia menjadi pokok bahasan yang tereleminasi dari cakupan ilmu linguistik. Sehingga kajian ini hampir tidak terdengar di kalangan pembelajar bahasa Arab. Oleh karena itu, penulishendak merekonstruksi ulang untuk melihat bahasa dari segala sisi, baik secara mikrolinguistik maupun makrolinguistik. Analisis kontrastif ialah suatu analisis yang membandingkan dua bahasa dengan data yang akurat untuk menemukan persamaan dan perbedaan antara kedua bahasa yang diteliti.Definisi an-Naht dalam bahasa Arab yaitu teori yang memformulasikan dua kata atau lebih menjadi satu ungkapan baru yang menunjukkan makna aslinya. Menurut Imil Badi’ Ya’qub,an-Naht dalam bahasa Arab diklasifikasikan menjadi empat macam:1) an-Naht an-Nisbiy,2) an-Naht al-Fi’liy, 3) an-Naht al-Ismiy, 4) an-Naht al-Washfiy.Adapun definisi akronim dalam bahasa Indonesia ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlukan sebagai kata. Akronim dalam bahasa Indonesia terbagi menjadi tiga:1) Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital, 2) Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis dengan huruf awal memakai huruf kapital, 3) Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil. Temuan yang diperoleh bahwa perbedaan antara an-Naht dalam kedua bahasa itu salah satunya terlihat dari pembagian an-Naht itu sendiri. Dalam pembagian itu sangat jelas bahwa pembentukan an-naht dalam bahasa Arab bisa memunculkan empat variasi, sedangkan dalam bahasa Indonesia hanya terdapat tiga variasi dari pembentukannya. Perbedaan lain, An-naht yang muncul dalam grammatikaArab diklaim merusak kemurnian bahasa Arab oleh sebagian linguis Arab, Tetapi sebagian linguis lain membolehkan adanyaan-naht jika dalam ilmu Isytiqaq ditemukan adanya kesulitan yang terjadi dalam masalah struktur leksikal dan grammatika Arab yang rumit, sehingga perlu memunculkan teori an-naht. Sedangkan dalam bahasa Indonesia, An-naht justru memberikan kontribusi dalam perkembangan bahasa Indonesia itu sendiri, agar bahasa Indonesia tetap dinamis dan dapat menjawab tantangan global.