Afiksasi Bahasa Madura Dialek Sumenep Tingkat Tutur Rendah

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk, fungsi, dan makna afiksasi bahasa Madura dialek Sumenep pada tingkat tutur rendah. Adapun metode yang digunakan adalah metode agih yaitu metode analisis data yang alat penentunya bagian dari bahasa itu sendiri. Subjek dari penelitian ini yaitu kosakata bahasa Madura yang mengalami afiksasi, data utama diperoleh melalui study pustaka berupa buku paramasastra Madura, majalah jokotole, malatè sato’or dan tuturan sehari-hari masyarakat Madura khususnya dialek Sumenep, sedangkan data pendukung diperoleh dari skripsi penelitian sebelumnya. Hasil penelitian ini yaitu afiksasi bahasa Madura dialek Sumenep yang meliputi bentuk, fungsi dan makna. Prefiks terdapat tujuh macam yakni prefiks {a-}, {e-}, {ta-}, {ka- },{sa-}, {pa-}, dan {pe-}. Infiks terdapat empat macam yakni {-al-}, {-ar}, {-en}, {-om}. Sufiks terdapat tujuh macam yakni sufiks {-e}, {-a}, {-an}, {-en}, {-na}, {-ana}, dan {-aghi}. Konfiks terdapat dua belas macam yakni konfiks {ka-an}, {ka-na}, {ka-e}, {ka-en }, {ka-aghi}, {pa-an}, {sa-na}, {sa-an}, {a-an}, {a-aghi}, {e-aghi}, dan {pa-aghi}. Fungsi afiks adalah mengubah kelas kata menjadi kelas kata lainnya, dan makna afiks akan terbentuk sesuai dengan bentuk dasar yang melekatinya. Berdasarkan hasil penelitian bahwa terdapat hasil temuan baru pada konfiks {a-aghi}, {e-aghi}, dan {pa-aghi}. Hal ini terbutki bahwa adanya konfiks tersebut dalam hasil penelitian pustaka atau tuturan sehari-hari yang diperoleh dari penutur bahasa Madura dialek Sumenep.