PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM MENGURANGI PERILAKU MENYIMPANG SISWA DI SMA NEGERI 2 LHOKSEUMAWE
Abstract
This study focuses on two discussions. First, to describe the application of character education at SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Second, to describe the obstacles in the application of character education so that it is not effective in overcoming student deviant behavior. By using a qualitative approach, this study comes to an understanding that the implementation of character education in SMA Negeri 2 Lhokseumawe is carried out through several strategies, including: a). providing outreach to teachers; b). preparation of syllabus and lesson plans based on character education; c). integrating and applying values in the teaching and learning process in the classroom; d) creating a school culture; e) habituation; and f) teacher exemplary. The implementation of character education in order to reduce students' deviant behavior has not been optimal because it faces a number of obstacles, such as a) minimal family contribution; b) inconsistency of values and norms at school and outside school; and c) teachers' difficulties in adapting to curriculum changes. In addition, the definition of deviant behavior and social dysfunction has so far only relied on "blaming deviant individual behavior", but ignores problems at the school structure level that can lead students to deviant behavior and anomie states. ABSTRAKStudi ini berfokus pada dua hal. Pertama melihat penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri 2 Lhokseumawe. Kedua, menggambarkan hambatan dalam penerapan pendidikan karakter sehingga tidak efektif dalam mengatasi perilaku menyimpang siswa. Dengan menggunakan pendekatan kualitatif, studi ini sampai pada pemahaman bahwa penerapan pendidikan karakter di SMA Negeri 2 Lhokseumawe dilakukan melalui beberapa strategi, diantaranya: a). pemberian sosialisasi kepada guru; b). penyusunan Silabus dan RPP yang berbasis pendidikan karakter; c). pengintegrasian dan penerapan nilai-nilai dalam proses belajar mengajar di kelas; d) penciptaan budaya sekolah; e) pembiasaan; dan f) keteladanan guru. Penerapan pendidikan karakter dalam rangka mengurangi perilaku menyimpang siswa belum berjalan optimal karena menghadapi sejumlah kendala, seperti a) minimnya kontribusi keluarga; b) inkonsistensi nilai dan norma di sekolah dan di luar sekolah; dan c) kesulitan guru beradaptasi dengan perubahan kurikulum. Selain itu, pendefinisian perilaku menyimpang dan disfungsi sosial selama ini hanya bertumpu pada “menyalahkan perilaku individu yang menyimpang”, tetapi mengabaikan masalah pada level struktur sekolah yang dapat mendorong siswa ke arah perilaku menyimpang dan keadaan anomie.