PARADIGMA ”PERLAWANAN” DALAM KONSTRUKSI PENDIDIKAN ISLAM

Abstract

Education in Islam, which is the most essential part of the historical journey of man, is essentially an effort to maintain and mature values and potential humanitarian grounds. Those values include: freedom, dynamism, otonomism, creativism, progressivism and responsibelism. In addition, the educational process is also instill the values and awareness of all forms of authoritarianism resistance against humanity, and other forms of oppression of pluralism and violations of human rights. Therefore, educational efforts that merely focuses on the process of Transferring knowledge, the formation of learners loyalty, and respect for authority and social elitism, as well as the denial of the plurality of human life is a fundamental error in the construction of Islamic education. Addressing the fundamental error, the author tries to establish a theological construction for buildings of Islamic education that is based on the command iqra'. This command confirms how humans must continue to educate themselves to be able to get out of the pitfalls of humanity that tends to position itself replaces God in a negative sense, which seeks to make the shackles of human freedom and run the historicity through oppression. Then the educational process and then try reconstructed is an educational process always try refreshing awareness dimensions of human values, through exploring critical and creative dimension of Islam to be a philosophical foundation and at the same time necessary to build the spirit of resistance in the spirit of learners against all forms business education and social realities that do not respect human as the owner of all values and basic human rights that should always be maintained. Through the paradigm of resistance, Islamic education that is built to be able to liberate and remove Muslims who today seemed to be falling into a rut of underdevelopment and social humiliation, towards the establishment of civilization and the community owner exemplary centers. Thus, the mission of the revelation of Islam that should be Khaira ummatin rahmatan lil 'alamin can be expected to be realized through the resistance education. Pendidikan dalam ajaran Islam, yang merupakan bagian paling esensial dalam perjalanan historis manusia, pada hakikatnya adalah usaha menjaga dan mendewasakan nilai-nilai dan potensi dasar kemanusiaan. Nilai-nilai tersebut meliputi: kebebasan, dinamisme, otonomisme, kreativisme, progresivisme dan responsibelisme. Di samping itu, proses pendidikan juga menanamkan nilai-nilai dan kesadaran perlawanan atas segala bentuk otoritarianisme kemanusiaan, serta bentuk-bentuk penindasan atas pluralisme dan pelanggaran hak-hak asasi manusia. Oleh karena itu, usaha pendidikan yang sekedar berfokus pada proses transfering knowledge, pembentukan loyalitas peserta didik, dan penghormatan atas otoritas dan elitisme sosial, serta pengingkaran atas pluralitas kehidupan manusia adalah sebuah kesalahan mendasar dalam konstruksi pendidikan Islam. Menyikapi kesalahan mendasar itu, penulis mencoba membangun suatu konstruksi teologis bagi bangunan pendidikan Islam yang didasarkan pada perintah iqra’. Perintah ini menegaskan betapa manusia harus terus mendidik dirinya agar mampu keluar dari jebakan-jebakan kemanusiaan yang cendrung memposisikan dirinya menggantikan Tuhan dalam makna yang negatif, yang berupaya membuat belenggu-belenggu bagi kebebasan manusia dan menjalankan historisitas melalui penindasan. Maka proses pendidikan yang kemudian coba direkonstruksi adalah proses pendidikan yang selalu mencoba menyegarkan kesadaran akan dimensi nilai-nilai kemanusiaan, melalui pengeksplorasian dimensi kritis dan kreatif ajaran Islam untuk dijadikan landasan filosofisnya Dan di saat yang sama niscaya membangun semangat perlawanan dalam jiwa peserta didik terhadap segala bentuk usaha pendidikan dan realitas sosial yang tidak menghargai manusia sebagai pemilik segala nilai dan hak-hak dasar manusia yang senantiasa harus dipelihara. Melalui paradigma perlawanan, pendidikan Islam yang dibangun akan mampu membebaskan dan mengeluarkan muslim yang hari ini tampak sedang terpuruk dalam liang keterbelakangan dan keterhinaan sosial, menuju terbentuknya komunitas pemilik peradaban yang menjadi exemplary centers (pusat-pusat pencontohan). Dengan demikian, misi diturunkannya ajaran Islam yang semestinya menjadi khaira ummatin yang rahmatan lil ’alamin dapat diharapkan terwujudkan melalui pendidikan perlawanan tersebut.