Gerakan Pembaharuan Pemikiran Islam Era Reformasi di Indonesia

Abstract

Two thinkers and modernists who are different in education and organization genealogy, i.e. Nurcholis Madjid (Cak Nur) dan Hasyim Muzadi. Cak Nur was born in Western education and Hasyim was born in “pesantren” education (boarding school) with its locality. Two of these figures give a change that is significant in modernity context in Indonesia. Theoretical framework that was built by Nurcholish Madjid starts from a fundamental question, i.e. how universal Islam can be placed in local modernity and culture framework. Islam is universal and implication of its universality is Islam must be understood and performed in every place and time. Cak Nur practiced critical to single truth and paid attention on humanistic value in universal religious life. Different to Hasyim Muzadi who built thoughts framework Rahmatan lil alamin through freedom and harmony. Starting from nation problems, how to perform religious function (Islam) in a country without cause national disintegration. Theory framework built by Hasyim starting from a NU’s jargon, i.e.  Tasamuh, Tawazun, dan Tawasut. Bringing Islam with full good manners and bland, not make Islam image isolated and grow phobia toward terms what are born from Islam womb. In practice, Hasyim paid attention on preventing of radicalism and terrorism undersrtanding that grow in Indonesia, that threaten NKRI totality.Keywords: modernity, Islam universal, Islam and country Abstrak Dua pemikir dan pembaharu yang berbeda geneologi pendidikan dan organisasi, yaitu Nurcholis Madjid dan Hasyim Muzadi. Nurcholis Madjid (Cak Nu)r lahir dari pendidikan Barat dan Hasyim Muzadi lahir dari pendidikan pesantren yang lokalitas. Kedua tokoh ini, dalam kehadirannya memberikan perubahan yang signifikan dalam konteks  pembaharuan di Indonesia.  Kerangka Teoritis yang dibangun  Nurcholish Madjid berawal dari dari sebuah pertanyaan yang fundamental yaitu bagaimana Islam yang universal bisa ditempatkan dalam kerangka kemodernan dan budaya lokal? Islam adalah universal dan implikasi dari keuniversalannya adalah bahwa Islam harus dapat dipahami dan dilaksanakan pada setiap ruang dan waktu. Cak Nur mempraktekan  kritik terhadap kebenaran tunggal dan memperhatikan nilai kemanusian dalam kehidupan beragama yang universal.  Berbeda dengan Hasyim Muzadi membangun kerangka pemikiran Rahmatan lil alamin  melalui kerangka  perdamainan dan kerukunan. Berawal dari permasalahan bangsa, bagaimana menjalankan   fungsi profetik  agama  (Islam) dalam sebuah  negara,  tanpa menimbulkan  disintegrasi bangsa. Kerangka teori yang dibangun Hasyim Muzadi berawal dari jargon NU, yaitu: Tasamuh , Tawazun , dan Tawasut. Membawa Islam  yang penuh kesantunan dan kelemahlembutan, bukan  menjadikan  citra Islam  terpinggirkan  dan menumbuh-kembangkan  phobia  terhadap istilah-istilah  yang lahir dari  rahim Islam. Melaui prakteknya Hasyim  memberikan perhatian dalam pencegahan paham radikalisme dan terorime   yang berkembang di bumi Indonesia, yang mengancam keutuhan NKRI.Kata kunci: pembaharuan, Islam universal, Islam dan negara