Orang-Orang Cina dan Perkembangan Islam di Palembang 1803-2000

Abstract

Chu Yu-chien adalah pewaris terakhir tahta Dinasti Ming. Sebagai seorang pangeran Ming, Chu merupakan keturunan langsung dari kaisar Dinasti Ming yang pertama, Hung-Wu yang memerintah sejak kejatuhan ibukota Peking. Ming suku bangsa asli di Negeri Cina terakhir yang memerintah kedinastian selama hampir tiga abad antara kejatuhan dinasti Yuan-Mongol dan kenaikan QingManchu. Mereka mempunyai anak, cucu, dan keturunan sampai pada keturunan mereka yang bernama Zhu Cing. Karena Zhu Cing kaya raya, maka dia pun dipanggil saudagar Yhu Cing. Rumah tinggalnya yang berada di dekat sebuah anak sungai yang dijadikan dermaga sungai itu pun disebut sungai Saudagar Yhu Cing dan selanjutnya berubah menjadi Kocing. Saudagar Yhu Cing ini kemudian memiliki anak bernama Jaya Laksana, yang merupakan tokoh penting dalam pembangunan masjid Agung Palembang di masa Sultan Mahmud Badaruddin I. Berbeda dengan kaum Cina Muslim atau pendatang terdahulu yang banyak membaur dengan penduduk setempat, maka para imigran Cina yang datang di masa kolonial Belanda, di mana Negeri Cina dikuasai Dinasti Qing yang memusuhi kaum muslim, dimasukkan sebagai kelas kedua bersama para pendatang lainnya. Setelah peristiwa 1965 -yang mana banyak etnis Cina dituduh terlibat dalam Partai Komunis Indonesia yang berbuntut pemulangan ribuan etnis Cina ke Negeri Cina- etnis Cina di Palembang mulai banyak memeluk agama Islam. Berbeda dengan Muslim Cina sebelumnya, Muslim Cina di masa kini banyak mengikuti mazhab Syafii, yang merupakan mazhab mayoritas kaum muslim di Indonesia, yang mulai berkembang di masa Kesultanan Demak yang dipindahkan ke Pajang.