PENDIDIKAN AKHLAK IBNU MISKAWAIH

Abstract

Abstrak By: Faisal Abdullah, M.S.I Nama lengkapnya adalah Abu Ali Ahmad bin Muhammad bin Ya`kub bin Maskawaih. Ada yang menyebut bahwa nama tokoh ini “miskawaih” saja, tanpa “ibnu”, karena belum dapat dipastikan apakah Miskawaih adalah namanya sendiri atau nama putra (ibnu) Miskawaih. Ibnu Miskawaih terkenal sebagai ahli sejarah dan filsafat. Di samping itu, ia juga seorang moralis, penyair, serta banyak mempelajari kimia. Ia belajar sejarah, terutama Tarikh at-Tabari (sejarah yang ditulis at-Tabari), pada Abu Bakar Ahmad bin Kamil al-Qadi pada tahun 350 H/960 M, sementara filsafat ia pelajari melalui guru yang bernama Ibnu Khamar, seorang mufasir (juru tafsir) kenamaan karya-karya Aristoteles. Bagian terpenting dari pemikiran filosofis Ibnu Miskawaih ditujukan pada etika atau moral. Ia seorang moralis dalam arti sesungguhnya. Masalah moral ia bicarakan dalam tiga bukunya: Tartib as-Sa`aadah, Tahziib al-Akhlaq, dan Jawadan Khirad. Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan pemikiran filsafat manusia Ibn Miskawaih dalam kitab Tahdzib Al-akhlaq dengan fokus pada konsepsi tentang moral atau etika yang sangat berhubungan erat dengan masalah ruh. Ia mempersamakan pembawaan ruh dengan kebajikan-kebajikan yang mempunyai tiga macam pembawaan: rasionalitas, keberanian, dan hasrat; di samping itu ruh juga mempunyai tiga kebajikan yang saling berkaitan, yaitu: kebijaksanaan, keberanian, dan kesederhanaan. Mengenai fitrah manusia Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa adanya manusia bergantung pada kehendak Tuhan, tetapi baik-buruknya manusia diserahkan kepada manusia sendiri dan bergantung pada kemauannya sendiri. Manusia mempunyai tiga macam pembawaan: akal (yang tertinggi), nafsu (yang terendah), dan keberanian (diantara kedua lainnya). Dalam masalah etika, Ibnu Miskawaih berpendapat bahwa kebaikan terletak pada segala yang menjadi tujuan, dan apa yang berguna untuk mencapai tujuan tersebut adalah baik juga. Kebaikan atau kebahagiaan adalah sesuatu yang relatif dan dapat juga dicapai di dunia. Melalui studi kepustakaan, dengan pendekatan analisis konten, studi menemukan fakta historis bahwa Ibnu Miskawaih menjelaskan jiwa bukan tubuh, bukan bagian dari tubuh , bukan pula keadaan dalam tubuh, tetapi sesuatu yang lain dengan tubuh, baik dari segi substansinya, penilaiannya, sifat-sifat serta tingkah lakunya. Fakultas berfikir (al-quwwah al-natiqah); Fakultas nafsu syahwiyah; Fakultas amarah ( al-quwwah al-ghadhabiyyah). Miskawaih juga menjelaskan bahwa Penyakit-penyakit dari sifat-sifat hamba terbagi menjadi dua macam: Pertama, sebagai hasil dari perbuatan, Kedua, akhlak buruk yang memang bersumber dari nafsunya yang tercela. Miskawaih juga menempatkan empat kebajika pokok: Kearifan, Sederhana, Keberanian, Keadilan. Kata Kunci : Ibn Miskawaih, Pendidikan, Akhlak