STRATEGI PENARASIAN DAN PEMOSISIAN SUBJEK PEREMPUAN DALAM MEREKA BILANG, SAYA MONYET! KARYA DJENAR MAESA AYU: PERSPEKTIF POSFEMINISME (Narration Strategic and Woman's Positioning as Subject on Mereka Bilang, Saya Monyet! Karya Djenar Maesa Ayu: Postfeminism's Perspective)
Abstract
Penelitian ini membahas 6 (enam) cerita pendek dalam kumpulan cerita pendek Mereka Bilang, Saya Monyet! karya Djenar Maesa Ayu melalui perspektif posfeminisme. Tujuan penelitian adalah mengungkap strategi penarasian perempuan yang dilakukan oleh Djenar Maesa Ayu. Untuk mencapai tujuan, penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu penentuan objek penelitian dan kerangka teori, pengumpulan dan analisis data, dan simpulan. Objek penelitian ini terdiri dari 6 (enam) cerita pendek karya Djenar Maesa Ayu, antara lain Mereka Bilang, Saya Monyet!, Lintah, Durian, Melukis Jendela, Wong Asu, dan Namanya…. Melalui cerita pendek tersebut, data kemudian dianalisis menggunakan metode analisis wacana kritis dengan menafsirkan seluruh perangkat kebahasaan dan menghubungkannya dengan perspektif posfeminisme. Selain merelasikan dengan perspektif posfeminisme, teori sudut pandang menurut Tzevetan Todorov akan digunakan untuk mengungkap strategi penarasian perempuan yang dilakukan oleh Djenar Maesa Ayu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perempuan seakan-akan menjadi objek dalam ruang dominasi patriarki, melainkan sejatinya menjadi sentral subjek yang melakukan resistensi terhadap wacana dominan (patriartki) melalui penyebutan laki-laki dengan nama kepala hewan yang disesuaikan dengan sifat dan perilakunya, antara lain Si Kepala Gajah, Si Kepala Sapi, Si Kepala Anjing. Selain itu, wujud resistensi perempuan dilakukan juga melalui penyayatan pipi dan pemotongan pusat keperkasaan (kuasa) laki-laki (penis). Penarasian dalam cerita pendek karya Djenar Maesa Ayu menunjukkan sindiran (satire) bagi bahwa laki-laki tidak lebih cerdas dari perempuan yang disebut monyet.(This study discusses six short stories in the anthology of Djenar Maesa Ayu's work entitled Mereka Bilang, Saya Monyet! through a post feminism perspective. The problem in this study relates to the narration of women as victims in the patriarchal space. The aim of the study was to reveal the narration of women, the position of female subjects, and the discourse embedded in the short stories. To achieve the goal, this research was conducted in several stages, such as choosing object of research and the theoretical framework, collecting data, analysis, and conclusions. The object of this study consist of six short stories by Djenar Maesa Ayu, including "Mereka Bilang, Saya Monyet! "Lintah", "Durian", "Melukis Jendela", "Wong Asu", and "Namanya ....". Data is collected through in-depth reading and quoting words, phrases, sentences, paragraphs, and dialogues which are then described analytically. The data is then analyzed by interpreting all linguistic tools and connecting them with the postfeminism perspective. The results showed that women were narrated as if they were objects in the space of patriarchal domination, but instead they became a central subject who carried out resistance to patriarchal discourse by giving calls in the form of names of animal heads according to the nature and behavior of men, including Si Kepala Gajah, Si Kepala Sapi, dan Si Kepala Anjing. Other resistance carried out by women, through slashing the cheek and cutting penis, the symbol of man’s power. The narration in the short story of Djenar Maesa Ayu's works shows satire that men is not smarter than women whose called monkeys by them.)