DISKRIMINASI BISSU DALAM NOVEL TIBA SEBELUM BERANGKAT: KAJIAN SOSIOLOGI SASTRA (Bissu Discrimination in Novel Tiba Sebelum Berangkat: Sociological Literature Study)
Abstract
Novel Tiba Sebelum Berangkat adalah sebuah karya fiksi yang tidak tercatat dalam sejarah, tetapi peristiwa-peristiwa yang dialami bissu merupakan konstruksi sejarah periode 1960-an. Penelitian ini bertujuan untuk mengangkat permasalahan mengenai bentuk-bentuk diskriminasi manusia bissu serta resistensi bissu terhadap bentuk diskriminasi yang terjadi. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif, dengan pendekatan teori sosiologi sastra Ian Watt. Hasil penelitian menunjukkan hal-hal sebagai berikut: Pertama, fenomena diskriminasi dilakukan oleh pemerintah dengan menganggap bissu sebagai kelas gender yang menyalahi kodrat manusia serta dianggap tidak Islami. Kedua, fenomena diskriminasi dilakukan juga oleh masyarakat, sehingga membuat keberadaan bissu tidak lagi dihormati, bahkan dijadikan sasaran lemparan, dan olok-olokan oleh masyarakat Sulawesi Selatan. Ketiga, fenomena diskriminasi dalam bentuk budaya berdatangan secara bersisian dari masyarakat maupun pemerintah setelah berakhirnya huru-hara gerombolan DI/TII. Dari masyarakat sendiri, bissu tidak lagi diposisikan sebagai masyarakat adat. Sementara itu, pemerintah melakukan revitalisasi adat yang menyebabkan bissu dilarang untuk mengadakan upacara karena tidak sesuai dengan nilai dan tradisi. Mereka hanya diperbolehkan sebatas aktivitas seni untuk menarik perhatian para wisatawan. Dari bentuk diskriminasi yang ada, para bissu mencoba melakukan reaksi (resistensi), yang sebenarnya dilakukan untuk bertahan hidup serta mempertahankan kepercayaan mereka kepada dewata.(Novel Tiba Sebelum Berangkat is a fiction work that is not recorded in history, but the events experienced by bissu a historical construction history in the 1960s period. This study aims to raise the issue of bissu human forms discrimination and bissu resistance to the forms of discrimination that occurs. Type research is descriptive qualitative, with the approach the sociology literature study Ian Watt. Results showed: First, the phenomenon of discrimination made by the government about bissu as gender class that violates human nature and considered un-Islamic. Second, the phenomenon of discrimination made by the society, so that makes the existence of bissu no longer respected, even targeted for the throw, and mockery by the society of South Sulawesi. Third, the phenomenon of discrimination in the form of culture came simultaneously both society and government after the end of violence group DI/TII. From society, bissu no longer positioned as indigenous peoples. Meanwhile, the government did cultural revitalization that causes bissu forbidden to hold a ceremony for being incompatible with the values and traditions. They are only allowed to the extent of arts activities to attract tourists. Of the forms of discrimination that exist, the bissu tries to do the reaction (resistance), which does to survive and maintain their belief in dewata.)