ACENG’S UNFORGIVEN APOLOGY: AN INTERDISCIPLINARY CRITICAL DISCOURSE ANALYSIS (Permohonan Maaf Aceng yang Tidak Termaafkan: Analisis Wacana dengan Pendekatan Interdisipliner)
Abstract
Artikel ini membahas tentang permohonan maaf Aceng (Bupati Garut) atas sikap dan tindakannya yang berkaitan dengan kasus pernikahan kilatnya yang ditinjau dari Analisis Wacana/Critical Discourse Analysis” (CDA) dengan pendekatan interdisipliner. Bidang-bidang ini mencakup Speech Acts, Analisis Narasi, Sosiolinguistik, Ideologi dan Hegemoni. Kesemuanya dipaparkan secara berurutan dengan tujuan menghasilkan perspektif yang menyeluruh tentang kasus Aceng yang fenomenal tersebut. Dari hasil analisis ditemukan bahwa permintaan maaf Aceng terbukti tidak efektif alias kontra produktif. Dari segi sosiolinguistik, permohonan maaf Aceng dianggap bertentangan dengan normanorma yang dipegang masyarakat Garut dikarenakan permintaan maaf tersebut tidak berasal dari hati nuraninya (tidak ihlas). Secara ideologis, pernikahan merupkan suatu pekerjaan yang mulia dan oleh karena itu harus dijaga dan dihormati (dan ini diabaikan oleh Aceng), sementara itu perceraian merupkan suatu tindakan yang sulit sekali bisa diterima dengan dalih apapun. Secara hegemonis, kita menyaksikan bahwa yang berkuasa menguasai yang lemah. Denagn kata lain, kekuasaan Aceng sebagai Bupati telah disalahgunakan sehingga yang lemah menjadi tetap teraniaya.