RESISTENSI DAN MODEL KESETARAAN GENDER DALAM NOVEL PEREMPUAN BERKALUNG SORBAN KARYA ABIDAL EL KHALIEQ
Abstract
Penelitian ini mengangkat masalah resistensi dan model kesetaraan gender dalam novel Perempuan Berkalung Sorban karya Abidal El-Khalieq dengan tujuan mendeskripsikan model diskriminasi dan mengungkapkan model kesetaran gender yang dicita-citakan.. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif, yaitu metode yang secara keseluruhan memanfaatkan cara-cara penafsiran dengan bentuk penyajian dan analisis data yang dilakukan secara deskriptif. Dengan perspektif kritik sastra feminis diperoleh simpulan, bahwa resistensi dan model resistensi perempuan dalam novel Perempuan Berkalung Sorban merupakan peristiwa diskriminasi gender yang bangun dari tiga ranah. Pertama, ranah lingkungan pesantren, rumah, dan perkawinan. Ranah tersebut dikonstruksi dalam tahapan perkembangan usia, yaitu, ketika Nisa, Wildan dan Risal masih berusia anak-anak, kedua, remaja, dan ketiga ketika dewasa. Pemanfaatan usia sebagai media ekspresi estetik, digunakan untuk mengungkap bahwa pesantren sebagai simbol agama dan tempat pemandaian akal, hanya dijadikan alat untuk berlindung, bagi pemerolehan legalitas diksriminasi dan kemapanan diskriminasi budaya patriarkat terhadap perempuan. Pemerolehan kesetaraan gender yang diidealkan, akhirnya terjadi pada perkawinan kedua Nisa dengan Lek Khodori. Pada konteks tersebut perempuan (Nisa) sudah menempatkan dirinya pada posisi memiliki hak yang sama dalam berbagai aktivitas kehidupan, baik dalam berpendapat dan menentukan sikap