SIKAP BAHASA REMAJA URBAN TERHADAP BAHASA INDONESIA DI ERA MILENIAL (The Language Attitude of Urban Teenagers Towards Indonesian in The Millennial Era)

Abstract

Permasalahan dalam tulisan ini adalah bagaimana sikap remaja terhadap bahasa Indonesia di era milenial? Tujuannya adalah untuk mendeskripsikan sikap bahasa remaja terhadap bahasa Indonesia di era milenial. Subjek dalam penelitian ini adalah remaja yang rentang usianya antara 15 sampai 20 tahun. Metode pengambilan data menggunakan angket sikap bahasa dengan menggunakan tiga ciri sikap bahasa menurut Gavin dan Mathiot sebagai acuan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa para remaja yang tinggal di wilayah urban memiliki kecenderungan sikap bahasa yang negatif terhadap bahasa Indonesia. Hal tersebut terlihat dari rasa bangga mereka yang sangat kurang terhadap bahasa Indonesia. Demikian juga dengan indikator pada kesetiaan dan kesadaran akan norma kaidah dalam bahasa Indonesia menunjukkan sikap yang cenderung negatif. Selain itu, sikap bahasa yang negatif juga terlihat dari diksi yang mereka gunakan ketika berbicara maupun ketika mengunggah status di media sosial. (The problem in this paper is how do teenagers behave in Indonesian language in the millennial era? The aim is to describe the adolescent language attitude towards Indonesian in the millennial era. The subjects in this study were adolescents who’s age ranged between 15 to 20 years old. Language attitude questionnaire with three characteristics of language attitude by Gavin and Mathiot as references, is using as data retrieval method. The results of the study show that teenagers living in urban areas have a negative language attitudes tendency towards Indonesian. This can be seen from their very lack of pride in Indonesian. Likewise, the indicators of loyalty and awareness of rules of norms in the Indonesian language show a negative attitude. In addition, negative language attitudes can also be seen from the diction they use when speaking or uploading status on social media.)