IKLAN POLITIK DALAM PEMILIHAN KEPALA DAERAH BALI 2018: KAJIAN SEMIOTIKA (Political Advertisement of Bali Election: Semiotic Study)

Abstract

Penggunaan bahasa pada ranah politik sebagai sarana kampanye bertujuan untuk mempromosikan tokoh politik. Bahasa iklan politik biasanya berisi ungkapan dalam bentuk kalimat imperatif dan deklaratif. Selain itu, iklan politik juga menampilkan tanda-tanda nonverbal yang mengandung mitos yang berkembang di dalam masyarakat. Penelitian ini mengungkap masalah makna tanda pada iklan politik Pilkada Bali 2018 melalui kajian semiotika Ronald Barthes. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah mendeskripsikan secara lugas makna tanda verbal dan nonverbal pada iklan politik pada Pilkada Bali 2018. Metode yang digunakan adalah metode simak dengan didukung oleh teknik rekam dan catat. Kajian ini menemukan bahwa pesan tanda verbal dan konvensi-konvensi yang ditampilkan pada iklan pilkada 2018 yang ditulis oleh berbagai elemen masyarakat, baik sebagai pendukung pasangan calon maupun lembaga formal di Bali pada umumnya memiliki makna yang hampir sama, yakni bertolak dari sosiokultural dan sosioreligius masyarakat Bali pada umumnya, seperti penggunaan BS, BJK, dan aksara Bali yang pada intinya harapan yang ingin dicapai adalah kedamaian dan keharmonisan Bali pada umumnya. Pada sisi yang lain, makna tanda nonverbal dalam bentuk ilustrasi, logo, warna, dan tokoh yang memiliki kekuatan makna masing-masing yang bersumber pada mitos yang masih dipercaya oleh masyarakat Bali hingga saat ini, seperti tradisi Pengerebongan, warna putih, merah, dan hitam sebagai perlambangan warna dalam Trimurti, serta tokoh pahlawan nasional.The use of language in the political realm as a means of campaigning aims to promote political figures. The language of political advertising usually contains expressions in the form of imperative and declarative sentences. In addition, political advertising also displays nonverbal signs that contain myths that develop in society. This study revealed the problem of the meaning of the sign in the 2018 Bali regional election political advertising through the study of Roland Barthes's semiotics. The aim to be achieved in this research is to describe the meaning of verbal and nonverbal signs in political advertisements explicitly in the 2018 Bali regional election. The method used is the referral method supported by recording and recording techniques. This study found that the verbal signs and conventions displayed in the 2018 regional election advertisement written by various elements of society, both as supporters of the candidate pairs and formal institutions in Bali in general have almost the same meaning, namely from the sociocultural and socioreligious Balinese community in general, such as the use of BS, BJK, and Balinese script which is essentially the hope to be achieved is Balinese peace and harmony in general. On the other hand, the meaning of nonverbal signs in the form of illustrations, logos, colors, and characters who have the power of their respective meanings are based on myths that are still believed by the Balinese to this day, such as the tradition of Pengerebongan, white, red, and black as color symbolization in Trimurti, as well as national hero figures.