PRINSIP TOLERANSI BERAGAMA SEBAGAI PONDASI MEMBANGUN PERADABAN ISLAM DI ERA MODERN
Abstract
Jacques R. Reister (cendekiawan Barat) mengatakan, selama lima ratus tahun Islam menguasai dunia dengan kekuatannya, ilmu pengetahuan dan peradabannya. Namun, saat ini pernyataan tersebut hanya menjadi angin lalu. Kecenderungan manusia untuk menekankan pada perbedaan yang tidak esensial menyebabkan mereka terpecah menjadi sekte atau mazhab-mazhab yang saling bermusuhan. Kosmopolitanisme dalam agama berubah sifat menjadi kesukuan, pengelompokan dan parokhial. Kemanusiaan-agama menjadi semacam kerang yang kosong tanpa isi, sehingga rasa cinta tergilas oleh rasa permusuhan dan kebencian serta ajaran-ajaran pokok keadilan sosial menjadi terlupakan. Sikap yang demikian diartikan secara sederhana disebut dengan Intoleransi beragama. Dari runtutan sikap tersebut, kemudian berdampak nyata pada kemunduran peradaban Islam di masa kini. Islam dipandang sebagai semacam obat penenang, “memberikan kenyamanan dan ketenangan pikiran bagi jutaan orang” tetapi tidak lebih dari itu sekadar untuk meringankan kemiskinan dan kegagalan.