Metode Tematik Multidisipliner: Aplikasi Pada Tafsir Ekologi Berwawasan Gender

Abstract

Perkembangan metode tafsir al-Quran kontemporer semakin menggeliat seiring dengan kebutuhan dan tantangan zaman. Metode tafsir maudu’i atau tematik misalnya, sejak diperkenalkan oleh al-Kumi dan dijelaskan sistematikanya oleh al-Farmawi, membawa kajian al-Quran semakin bervariasi, hasil kajiannya dianggap lebih mampu menjawab problematika sosial kontemporer. Gaya dari metode ini dimulai dari penelitian kajian kosa kata dalam al-Quran sampai kepada sebuah konsep yang dibutuhkan untuk menjawab permasalahan dan diharapkan dapat membantu menciptakan al-sakīnah al-ijtimā’iyyah (kedamaian di tengah masyarakat). Namun demikian, metode ini kemudian juga ditantang harus mampu merespon dinamika sosial yang terkait dengan perkembangan sains kontemporer. Hal ini yang belum digagas sistematikanya dalam metode tafsir tematik.Oleh sebab itu, metode ini perlu dikembangkan, mengingat kajian tafsir tematik semakin diminati para peneliti dengan berbagai background keilmuan yang beragam. Metode tematik multidisipliner adalah metode yang penulis gagas dengan pemahaman bahwa: metode tafsir tematik yang membahas dan mengkaji objek dan mengakaitkannya dengan beberapa disiplin ilmu. Metode ini memiliki beberapa langkah yaitu: 1. Menentukan masalah yang akan diteliti; 2. Analisis kritis pendapat para ahli terkait permasalahan yang diangkat dari sisi ilmu naqliyah, ‘aqliyah, dan ‘amaliyah; 3. Melacak dan mengkoleksi ayat-ayat sesuai topik yang diangkat; 4. Menata ayat-ayat tersebut secara kronologis (sebab turunnya), mendahulukan ayat makiyah dari madaniyah dan jika ada disertai pembahasan tentang latar belakang turunnya ayat (dalam bentuk tabel); 5. Mengetahui korelasi (munāsabah) ayat-ayat tersebut; 6. Menyusun tema bahasan dalam kerangka yang sistematis (outline); 7. Analisis komparatif antara respon al-Quran dan hadis terhadap pendapat pro/kontra para saintis; 8. Menyimpulkanperspektif al-Quran dan hadis; 9.“Counter argument” dengan menawarkan konsep yang akomodatif, integratif dan solutif. Dalam contoh aplikasi metode ini, konsep yang ditemukan adalah bahwa: perspektif al-Qur’an mengenai ekologi berwawasan gender mengusung teori ekohumanis teosentris. Hal ini berdasarkan deskripsi al-Qur’an mengenai interkoneksi dan interaksi harmonis antara manusia dengan dirinya sendiri (ḥabl ma‘a nafsih), manusia dengan sesama manusia (ḥabl ma‘a ikhwānih), manusia dengan alam raya (ḥabl ma‘a bī’atih) dan manusia dengan Allah (ḥabl ma‘a Khāliqih), tanpa membedakan antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, dengan ditemukannya isyarat keseimbangan karakter feminin dan maskulin dalam setiap individu manusia, penulis ini berbeda pendapat dengan tokoh ekofeminis yang menganggap kerusakan lingkungan memiliki korelasi dengan sikap dominatif laki-laki terhadap perempuan. Dalam al-Qur’an, manusia secara umum dideskripsikan memiliki potensi yang sama dalam merusak sekaligus melakukan upaya konservasi lingkungan.