WOMEN AND DERADICALISM: UNDERSTANDING THE WOMEN’S ROLE IN DEVELOPING PEACEFUL CULTURE
Abstract
Berkembangnya ratusan aliran, sekte, dan mazhab pemikiran dalam Islam cukup menjadi bukti bagaimana kaum muslimin sejak di awal perkembangannya telah dituntut bersikap saling menghargai perbedaan.Di Indonesia sendiri sejak dibentuknyaNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pengorbanan terpenting yang dilakukan oleh para pendiri bangsa ini (Muslim) adalah mementingkan persatuan. Persatuan dalam kebersamaan, kekeluargaan, dan menghormati keberagaman bukan individualisme kelompok, intelektualisme, materialisme, atau menjadikan Islam sebagai ideologi negara meski rakyatnya mayoritas adalah muslim.Sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak lepas dari ancaman radikalisme dan terorisme. Kehidupan sosial Indonesia yang multietnis dan agamalah yang memicu terjadinya prasangka antar kelompok beragama. Sikap intoleran dalam menyikapi perbedaan sering ditunjukan oleh kelompok-kelompok yang berbeda cenderung memicu terjadinya perilaku radikalisme yang berujung pada kekerasan dalam bentuk aksi teror yang mengatasnamakan agama (Islam). Sayangnya, dalam berbagai aksi radikalisme, perempuanlah yang menjadi korban. Permasalahnnya adalah apakah perempuan hanya menjadi korban pasif, padahal perempuan memiliki peran-peran strategis dalam mengikis dan meredam radikalisme. Berbagai penelitian telah membuktikan bagaimana kaum perempuan memeiliki peran yang besar di dalam proses membangun keragaman dan budaya perdamaian. Tulisan ini imgim melihat perempuansebagai surivor, pejuang/aktivis perdamaian, dan agen perdamaian yang kiprahnya tidak dapat diabaikan baik secara psikologis maupun sosial.