TEORI ASAL-USUL BAHASA DALAM LITERATUR ISLAM KLASIK (Sebuah Prespektif Ontologis serta Implikasi Hermenetis terhadap Kitab Suci)
Abstract
Teori asal-usul bahasa dalam literatur Islam klasik yang dirujuk pada tulisan ini adalah teori-teori yang dihimpun oleh Ibnu Faris dan Ibnu Jinny yang merupakan dua ulama linguis Arab yang hidup pada periode awal. Mereka merumuskan tiga teori asal usul bahasa, yaitu (1) teori tauqiify, atau ilhaam, (2) teori muwadha’ah atau ishtilahy, dan (3) teori tauqiify juga ishtilahy. Dari perspektif filsafat ontologis, pandangan bahwa bahasa itu pada awalnya terjadi secara tauqiify, atau ilhaam merupakan pandangan yang didasarkan pada paham idealisme. Dalam pandangan ini, bahasa manusia berasal dari yang Maha Ghaib, Allah. Menurut pandangan ini, semua aspek Al-Qur’an baik susunan huruf, kata dan maknanya merupakan ciptaan Allah. Pandangan bahwa bahasa itu pada awalnya terjadi secara muwadha’ah atau ishtilahy merupakan pandangan yang didasarkan pada paham materialisme. Artinya bahasa itu hakikatnya tercipta oleh manusia yang berwujud material. Menurut faham ini, Al-Qur’an adalah ciptaan Muhammad. Konsekuensinya al-Qur’an terbuka untuk dipengaruhi aspek sosial budaya bahkan mungkin dipengaruhi oleh pemikiran Muhammad sendiri. Pandangan ketiga yang menganggap bahasa itu berasal terjadi secara tauqiify juga ishtilahy, merupakan pandangan sintesis dari dua pandangan sebelumnya. Pandangan ini didasarkan pada paham dualisme, yang menganggap bahwa hakikat sesuatu itu tersusun dari aspek rohani dan materi. Aspek rohani dalam hal ini adalah Allah, sebagai khalik yang immateri. Sedang aspek materinya adalah manusia sebagai makhluk-Nya yang material. Faham ini memandang Al-Qur’an sebagai karya manusia yang mendapat bimbingan Allah. Dengan kata lain, secara lahiriyah Al-Qur’an merupakan susunan Muhammad, namun ide awalnya berasal dari Allah