KESANTUNAN DAN KETIDAKSANTUNAN BERBAHASA MASYARAKAT SUNDA DALAM DIALOG PERCAKAPAN PADA ACARA KUNJUNGAN KELUARGA DI BEBERAPA TEMPAT DI JAWA BARAT

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis kesantunan dan ketidaksantunan berbahasa yang diutarakan masyarakat Sunda dalam dialog percakapan pada beberapa acara kunjungan keluarga di Jawa Barat (Ciwidey, Cililin dan Cimahi) dengan menggunakan metode kualitatif dan teori dari Leech (1983), Grice (1986) dan yang lainnya.                 Hasil penelitian menunjukan bahwa kesantunannya sesuai dengan prinsip kesantunan, 101 data, khususnya dengan maxim of approbation, dengan menggunakan bahasa hormat (52 data), loma atau akrab (41 data) dan keduanya (8 data). Selain itu, kesantunannya sejalan dengan prinsip kerja sama dalam percakapan, maxim of manner (51 data), tetapi ditemukan juga adanya beberapa pelanggaran prinsip tersebut, 50 data (quantity, manner dan relation). Sementara, hal yang membuat mereka santun berbahasa, diantaranya adalah tingkat kekerabatan dan rasa sayang.        Di sisi lain, ketidaksantunannya melanggar prinsip kesantunan, 28 data, khususnya maxim of agreement, dengan menggunakan bahasa loma atau akrab (24 data) dan bahasa hormat (4 data). Selain itu, ketidaksantunannya melanggar prinsip kerja sama, maxim of manner (15 data), tetapi ditemukan juga beberapa yang sejalan dengan maxim of manner (9 data). Sementara, hal yang membuat mereka tidak santun berbahasa, diantaranya adalah tingkat kekerabatan, ketidaksepakatan serta senda gurau.           Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa kesantunannya dominan sejalan dengan approbation maxim, yang mana tidak selalu sejalan dengan prinsip kerja sama dan tidak selalu menggunakan bahasa hormat. Sementara, ketidaksantunannya dominan melanggar agreement maxim, dimana umumnya menggunakan bahasa loma atau akrab, yang seimbang antara melanggar dan sejalan dengan prinsip kerja sama dalam percakapan.