Model Sistem Angkutan Umum Wilayah Metropolitan Mamminasata dalam Rangka Efisiensi Pergerakan Masyarakat Perkotaan

Abstract

Pertumbuhan ekonomi perkotaan berdampak pada peningkatan aktivitas penduduk yang menimbulkan mobilitas yang semakin tinggi. Di sisi lain, ketersediaan sarana dan prasarana transportasi di Indonesia masih belum memadai dilihat dari kuantitas dan kualitasnya. Pada akhirnya persoalan lalu lintas akan timbul seiring dengan kebutuhan pergerakan masyarakat perkotaan, tidak terkecuali di wilayah Mamminasata (Makassar, Maros, Sungguminasa dan Takalar). Melihat kondisi tersebut, diperlukan solusi guna mengantisipasi dampak yang lebih besar. Penelitian ini mencoba mencari solusi terkait kondisi angkutan umum perkotaan yang kinerjanya dinilai semakin hari semakin memprihatinkan.Tujuan penelitian ini adalah 1) menilai kinerja pelayanan angkutan umum yang ada  (pete-pete) di wilayah Mamminasata, dan 2) menentukan model sistem angkutan umum yang efisien untuk mendukung pergerakan masyarakat di wilayah Mamminasata. Penelitian ini tergolong penelitian deskriptif, komparatif dan bersifat studi kasus yang secara garis besar merupakan rangkaian proses identifikasi dan analisis. Teknik analisis yang digunakan adalah 1) analisis pertumbuhan penduduk dan perkembangan wilayah Mamminasata, 2) analisis Costumer Satisfaction Indeks (CSI) dan Importance Performance Analysis (IPA), 3) Analytic Hierarchy Process (AHP). Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 14 indikator sistranas, indikator yang dinilai rendah dan menjadi prioritas untuk ditingkatkan antara lain aksesibilitas, keterpaduan, tepat waktu, nyaman, kapasitas, efisien. Sedangkan jika dilihat dari kinerja tiap aspeknya, bobot kinerja yang tertinggi adalah aspek sosial sebesar 3,869, aspek lingkungan sebesar 3,724 dan yang paling rendah adalah aspek ekonomi sebesar 3,431. Model sistem angkutan umum kereta api komuter dinilai sebagai alternatif yang paling efisien dibandingkan monorel, BRT dan pete-pete, walaupun demikian, sinergitas/keterpaduan keempat moda tersebut merupakan model yang paling baik. Sistem keterpaduan diwujudkan dengan mengembangkan kereta api komuter sebagai main line ditunjang oleh monorel dan BRT sebagai midle feeder sedangkan pete-pete sebagai small feeder.