The Principle Of Dwi Tunggal Siwa-Buddha In Bahung Tringan Community

Abstract

Artikel ini secara deskriptif menguraikan tentang prinsip penyatuan Siwa-Buddha yang dipratikkan oleh komunitas Bahung Tringan di Karangasem, Bali. Pada awalnya, Siwa dan Buddha adalah agama yang terpisah ketika datang ke Nusantara. Lama-kelamaan, dalam pengaruh politik negara, agama ini dinyatakan sejajar, yakni Siwa dan Buddha itu Tunggal. Ini adalah bentuk penyatuan Siwa-Buddha tahap awal. Namun, di abad kontemporer ini, setelah vakum sekitar 500 tahun setelah runtuhnya Majapahit, prinsip Siwa-Buddha kembali dibicarakan dan dipraktikkan. Komunitas Bahung Tringan mempraktikkan ini sebagai sebuah teknik Meditasi. Bahung Tringan memandang bahwa Prinsip Dwi Tunggal Siwa-Buddha merupakan prinsip teologi yang berhubungan dengan tingkat capaian dari seorang sadhaka (para penekun spiritual). Prinsip ini bekerja dalam sebuah proses yang disebut proses roh. Cara kerja Dwi Tunggal Siwa Buddha ini mengikuti sebuah proses yang disebut tantra, sebuah perjumpaan aspek positif dan negatif pikiran yang menghasilkan kevakuman. Dari Kevakuman ini lahir Jnana dan Jnana inilah yang mendorong Roh untuk kembali menyatu kepada Sangkan Paraning Dumadi.