KESENIAN MA’RONGGENG DI DESA PAROMBEAN KABUPATEN ENREKANG

Abstract

       Penelitian ini mengangkat masalah tentang bagaimana latar belakang kesenian ma’ronggeng serta fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui latar belakang kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang serta fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean Kabupaten Enrekang. Metode yang digunakan adalah dengan pendekatan kualitatif, sedangkan pengumpulan data dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Berdasarkan penelitian, diperoleh hasil sebagai berikut: Jauh sebelum islam masuk di Parombean, barutung atau bambu yang biasa disebut suke oleh masyarakat sekitar, digunakan sebagai media penghubung dalam ritual penolak bala kepada dewata. Barutung yang hadir pada setiap sendi kehidupan masyarakat Parombean, secara alami mengekspresikan karya kesenian yang menjadi kultur dalam masyarakatnya. Sejarah kesenian ma’ronggeng berawal dari kebiasaan masyarakat sekitar yang mengantri menunggu giliran mengambil air pada satu-satunya sumber mata air di Desa Parombean. Aktivitas ketika menunggu air adalah menghentak-hentakkan bambu panjang yang disebut lampa dan pongke yang kemudian menimbulkan ide dan gagasan untuk menjadikannya sebuah kesenian tradisional. Lampa, pongke, dan suke digabungkan sehingga menghasilkan bunyi khas bambu yang kemudian dinamai dengan kesenian ma’ronggeng atau ma’barutung. Adapun 4 fungsi kesenian ma’ronggeng di Desa Parombean yaitu fungsi hiburan, fungsi komunikasi, fungsi ritual, danfungsi pengintegrasian masyarakat.