Pergeseran Pola Pemberian Nama Anak pada Generasi Millenial dan Post-Millenial

Abstract

 For the Acehnese, "self-name" refers to the self-image of the Acehnese as Muslims. Then the naming of Acehnese is generally inspired by islamic word, or Arabic word. This study tried to describe the change of naming a baby in Acehnese, especially in network society era, where Generation X as the main actor, while Millennial (Generation Y) and Post-Millennial Generation as the object. The research conducted at Faculty of Social and Political Science University of Malikussaleh through documentary studies and unstructured interviews. The results of this study showed that the change of naming a baby in Acehnese occurred through a fairly long process, across time and generation, within the circle of externalization, objectification, and internalization, that ultimately forced a generation to follow the current naming trend. Keywords : Reconstruction, Generation, Knowledge, AcehAbstrakBagi masyarakat Aceh, “nama diri” tidak dapat dilepaskan dari citra diri orang Aceh sebagai pemeluk agama Islam. Maka pemberian nama anak pada masyarakat Aceh pada umumnya terinspirasi dari Al-Qur’an, bahasa Arab, atau nama diri orang Arab. Penelitian ini mencoba menunjukkan adanya pergeseran dalam pola pemberian nama anak pada masyarakat Aceh, terutama pada era masyarakat jaringan dimana generasi X sebagai aktor utamanya serta generasi Millenial (Gen-Y) dan Post-Millenial sebagai objeknya. Penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Malikussaleh melalui studi dokumentasi dan wawancara tidak terstruktur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pergeseran pola pemberian nama anak pada masyarakat Aceh terjadi melalui proses yang cukup panjang, lintas waktu dan lintas generasi, yang pada akhirnya “memaksa” suatu generasi untuk mengikuti trend penamaan anak masa kini.Kata Kunci : Rekonstruksi, Generasi, Pengetahuan, Aceh