Dekonstruksi Makna Memakai “Boh Gaca” (Memakai Inai) Pada Masyarakat Aceh Dalam Kajian Jaques Derrida
Abstract
Budaya bukan merupakan suatu konsep yang statis, tetapi justru sangat dinamis. Oleh karenanya, banyak cara yang saat ini dapat dilakukan untuk kembali memahami makna-makna yang terkandung dalam suatu budaya sesuai dengan realita saat ini. Makna adalah produk dari suatu perbedaan tanda yang terkait dengan tanda-tanda lain. Makna bukan sesuatu yang terberi, melainkan konstruksi budaya dan produksi tanda-tanda secara sosial. Artinya, apabila ada perubahan sosial budaya, maka makna akan berubah sesuai dengan kepentingan para pemakna secara interpretatif. Dekonstruksi dalam hal ini oleh penulis merupakan pembongkaran terhadap budaya serta makna “boh gaca” (memakai inai) dengan cara membaca kehidupan yang orisinil. Pemaknaan baru yang dimunculkan adalah makna yang dibaca kembali berdasarkan eksistensi yang nyata dan sesuai dengan fakta yang mengalami perubahan secara terus- menerus. Menganalisis sebab terjadinya dekonstruksi makna memakai Boh Gaca, mengacu pada pandangan Derrida yang memandang (mengabstraksikan) realitas sebagai realitas ciptaan (produksi, konstruksi) atau diciptakan kembali (reproduksi, rekonstruksi). Dalam istilah “dekonstruksi” realitas itu adalah suatu konstruksi realitas baru sebagai hasil dari konstruksi realitas sebelumnya yang telah di dekonstruksi. Kajian yang dilakukan dengan menggunakan metode library ini merupakan kajian Dekonstruksi yang terjadi atas makna memakai boh gaca melalui pembacaan ulang atas teks budaya yang disebabkan oleh fenomena. Fenomena pemakaian boh gaca saat ini telah menggeser makna filosofis boh gaca menjadi alat ekonomi melalui pengembangan budaya tata rias. Kata kunci: Dekonstruksi, Makna, Boh Gaca