TORANG S AMUA BASUDARA (Studi Kasus Pasca Konflik Di Manado)

Abstract

Konflik sosial bernuansa SARA di berbagai daerah telah 'berhasil'ditanggulangi bersama oleh pemerintah dan pihak-pihak terkait. Namuntelah meninggalkan berbagai masalah dalam hubungan antar umat beragamasetempat. Setidaknya, telah terjadi hubungan yang sangat hati-hati ataubahkan kurang harmonis yang selanjutnya mempengaruhi aktivitaskeagamaan dan interaksi sosial umat beragama. Inilah yang kemudianmendasari penelitian ini.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Penciptaan Kerukunan UmatBeragama di Manado dan Sulawesi Utara pada umumnya sudah merupakanhal yang tidak bisa ditawar-tawar. Pemerintah dan para pemuka agamatelah sepakat dan berkomitmen untuk memelihara kedamaian dalam suatukehidupan yang rukun di kalangan umat beragama. Komitmen tersebutdimanifestasikan dalam bentuk: 1) Umat beragama secara leluasa melakukanaktivitas keagamaan, baik dalam kaitannya dengan peribadatan, sosisalisasiajaran agama (pendidikan) maupun pendirian rumah ibadah. 2) Dalamkehidupan sosial secara umum memang tanpa terjalin interaksi sosial yangmesra dengan menjunjung tinggi nilai persaudaraan dan kedamaian denganmengedepankan simbol "Torang Samua Basudara". 3) Walaupun tampakterkesan, bahwa intervensi pemerintah (top down) terlalu tinggi untukpemeliharaan kerukunan, namun hasilnya tidak mengecewakan, 4) Intervensipemerinfah dalam upaya penciptaan kerukunan mendapat respons positifdari masyarakat. Keterlibatan mereka dalam program-program BKSAUA,BKWAUA dari provinsi hingga ke kecamatan-kecamatan merupakangambaran wujud peran serta masyarakat.