MOLAPE SARONDE DAN MOTIDI DALAM BINGKAI ADAT DAN AGAMA DI GORONTALO

Abstract

Sejak Sultan Amai menganut Agama Islam sekaligus menjadikannya sebagai agama resmi kerajaan di Gorontalo, terjadi proses islamisasi adat dan tradisi pada masyarakat Gorontalo. Akhirnya, nilai-nilai lokal yang berkembang di Gorontalo bermuara dari nilai-nilai Islam. Dengan falsafah “Adati Hulo-Huloqa To Saraqa, Saraqa Hulo-Huloqa To Kuruqani” (Adat Bersendi Syara’, Syara’ Bersendi Alquran), nilai Islam selalu mewarnai seluruh upacara  adat tak terkecuali upacara adat pernikahan. Molape Saronde dan Motidi sebagai bagian dari upacara adat pernikahan pada tahap Mopotilantahu (mempertunangkan), tak lepas lepas dari nilai Islam. Tari Molape Saronde (ditarikan oleh pengantin laki-laki)  dan Motidi (ditarikan oleh pengantin perempuan) diadakan pada malam hari acara pernikahan dirangkaikan dengan acara khatam Alquran bagi pengantin perempuan. Menjunjung tinggi adat serta berpegang tegang etika islami menjadi tema sentral dalam Tradisi Molape Saronde dan Motidi. Tradisi ini juga sekaligus menjadi nasihat bagi kedua calon mempelai sebagai bekal dalam menghadapi kehidupan rumah tangga yang penuh tantangan