MENUJU DAMAI DENGAN KEARIFAN BARU (Studi Kasus Pasca Konflik Di Aralle, Tabulahan dan Mambi)

Abstract

Faktor sejarah dan agama menjadi faktor utama terciptanyakonflik yang berkepanjangan di Mamasa. Pemicu konfliknya adalahpemekaran Kabupaten Mamasa. Bagi sebagian besar masyarakatMandar yang tergabung dalam Pitu Ulunna Salu dan Pitu Ba'banaBinanga merasa berkeberatan dengan dipilihnya Mamasa sebagaiibu kota kabupaten dan nama kabupaten. Ini karena secara historidan agama, masyarakat Mandar yang tergabung dalam ikatan komunaltujuh kerajaan yang secara kebetulan mayoritas beragama Islam,merasa lebih terhormat kedudukannya dibanding Mamasa yangkebetulan mayoritas beragama Kristen.Penelitian ini mencatat beberapa upaya-upaya pemerintahdaerah dalam usaha menangani persoalan konflik, setidaknya adasembilan kebijakan yang menjadi kerangka dasar untukmenanggulangi persoalan konflik di Mamasa khususnya di areal ATM(Aralle, Tabulahan dan Mambi). Namun hal ini tidak cukup untukmenyelesaikan persoalan yang terjadi. Karena itu kedua penelitimerekomendasikan perlunya persfektif baru dalam melihat konflik diMamasa, khususnya dengan mempertimbangkan pendekatan kultural.