RITUAL DALAM SIKLUS HIDUP MASYARAKAT BAJO DI TOROSIAJE
Abstract
Penelitian ini bermaksud menjawab pertanyaan bagaimana life cirle masyarakat Bajo di Torosiaje Serumpun baik di laut maupun di darat: Bagaimana perubahan life circle pada masyarakat Bajo di darat; faktor apa saja yang menjadikan adanya perubahan dalam life circle. Penelitian dilaksanakan di pada tiga desa yang termasuk dalam Bajo Serumpun yakni Desa Torosiaje, Torosiaje Jaya dan Bumi Bahari yang dilakasaakan pada tahun 2019 dengan menggunakan skema pembiayaan dari Diktis Kemenag. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan FGD. Temuan dari penelitian ini bahwa dalam melewati setiap siklus hidup pada masyarakat Bajo baik di Darat maupun di laut selalu dilakasaakan ritual/maupun tradisi adat. Pada fase kehamilan atau Bitta sudah dilaksanakan ritual pemasangan sangkine begitu juga pada fase ngana/ana’ dilaksana ritual berupa ngita ura (pemotongan tali pusar bayi), temuni, tiba kaka dan bantang. Pada fase bayi dilaksaakan ritual kukkor (gunting rambut) dan sunna (sunat bagi anak perempuan). Pada fase remaja dilaksanakan sunna, (sunnat bagi laki-laki) dan baiat bagi anak perempuan. Pada fase dewasa dan menikah dilaksanakan prosesi massuroh dan nabo botte. Sementara pada fase terakhir, atau kematian/kapatayang dilaksanakan ritual melaku tana untuk penggalian kubur, dan ngalabangi untuk pelaksanaan doa tahlilan. Pemindahan suku bajo kemudian melahirkan segregasi pada masyarakat Bajo sehingga melahirkan istilah Bajo Darat dan Bajo Laut. Bagi Bajo Darat, bajo laut merupakan culture core atau pusat kebudayaan orang Bajo sehingga segala bentuk kebudayaan selalu merujuk pada Bajo Laut. Namun demikian bukan berarti masyarakat Bajo Darat tidak terjadi perubahan, kaitannya dengan ritual dalam siklus hidup telah terjadi perubahan dalam beberapa hal, seperti misalnya kehamilan, kelahiran, dan kematian. Hal yang paling mendasar dalam perubahan dalam siklus hidup dari masyrakat Bajo adalah soal nilai dari sebuah ritual. Ritual pada masyarakat Bajo Darat tetap dilaksanakan namun pada beberapa aspek seakan telah kehilangan esensi dari ritual tersebut. Perubahan yang terjadi selain karena faktor ekology, ternyata kehadiran negara menjadi faktor yang sangat kuat terjadinya perubahan sosial masyarakat Bajo di Darat.