PERISTIWA DONGGO 1972 DI BIMA DALAM MELAWAN REZIM ORDE BARU
Abstract
Paper ini menjelaskan tentang gerakan sosial masyarakat yang terjadi di Bima dalam melawan rezim Orde Baru. Aksi Massa di Bima yang dimotori oleh elit masyarakat Donggo lebih dikenal dengan istilah ‘Peristiwa Donggo 1972’. Sebagai sebuah gerakan sosial masyarakat di tingkat lokal, Dou Donggo mampu bersatu membangun kekuatan massa yang didasari oleh kekuatan solidaritas etnik. Peristiwa ini dilatari oleh kebijakan dan tindakan Soeharmadji (Bupati Bima) yang dinilainya disktiminatif dan cenderung mengabaikan pembangunan di wilayah Donggo. Selain itu, Soeharmadji selalu bertindak otoriter dan militeristik, tidak sedikit masyarakat Donggo menjadi korban keganasan rezimnya. Tindakan diskriminatif rezim dan rasa kekecewaan masyarakat memicu lahirnya perlawanan dalam bentuk gerakan massa. Menariknya aksi massa ini dimotori oleh tokoh intelektual, tokoh agama, tokoh adat, tokoh spiritual dan tokoh politisi muda. Kolaborasi elit-elit lokal menjadi spirit tersendiri bagi perlawanan masyarakat atas rezim Orde Baru di Bima pada tanggal 22 Juni 1972. Pasca aksi massa, aparat keamanan meresponnya dengan tindakan yang refresif, tokoh-tokoh yang menjadi aktor gerakan sosial ditangkap, disiksa, dan dipenjara demi mengakhiri semangat perlawanan Dou Donggo. Peristiwa ini menjadi bagian catatan kelam dari beberapa rentetan peristiwa sejarah represifitas rezim Orde Baru. Tulisan ini bertujuan menjelaskan sisi kemengapaan ‘Peristiwa Donggo 1972’ itu terjadi mulai dari latar belakang dan terjadinya peristiwa serta dampak yang ditimbulkannya. Metode yang digunakan yaitu metode penulisan sejarah yang melalui empat tahapan: heuristik, kritik sumber (verifikasi), interpretasi dan historiografi. Metode penulisan berguna untuk merekonstruksi masa lalu secara sistematis dan obyektif dengan cara mengumpulkan data, mengevaluasi serta mensintesiskan bukti-bukti untuk menetapkan fakta dan mencapai kesimpulan yang utuh.