Memaknai Kisah Orang Samaria yang Murah Hati Menurut Lukas 10:25-37 sebagai Upaya Pencegahan Konflik
Abstract
Humans need other people as social creatures. Therefore, humans need to establish relationships and care for them to remain harmonious is a challenge. The fact is still found conflicts or clashes in society caused by differences in the background such as SARA and other social conditions. The purpose of this article is to provide insight into the understanding of who our fellow humans are according to the Lord Jesus or the Bible, in order to build harmonious and constructive social relations without distinguishing one another. Based on the theological study of the parable of the generous Samaritan delivered by the Lord Jesus in the Gospel of Luke 10: 25-37, Christians are called to be able to build relationships with others without making discrimination about their backgrounds. Christians should everywhere and at any time appear as a generous Samaritan to others, not just for the common good, but even more as a form of witness to the name of the Lord Jesus. AbstrakManusia membutuhkan orang lain sebagai makhluk sosial. Sebab itu, manusia perlu menjalin hubungan dan merawatnya agar tetap harmonis merupakan tantangan. Faktanya masih dijumpai konflik-konflik atau perbenturan di masyarakat yang disebabkan oleh perbedaan latar belakang seperti SARA dan keadaan sosialnya lainnya. Tujuan artikel ini memberikan wawasan pemahaman mengenai siapakah sesama manusia menurut Tuhan Yesus atau Alkitab, guna membangun hubungan sosial yang harmonis dan konstruktif tanpa membedakan seorang akan yang lain. Berdasarkan kajian teologis perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati yang disampaikan Tuhan Yesus di dalam Injil Lukas 10:25-37 ini orang Kristen dipanggil untuk dapat membangun terciptanya hubungan dengan sesama tanpa membeda-bedakan latar belakang yang melekat di dalamnya. Hendaknya orang Kristen di mana pun dan kapan pun tampil sebagai seorang Samaria yang murah hati bagi sesama, bukan sekadar untuk kebaikan bersama, tetapi terlebih lagi sebagai wujud kesaksian bagi nama Tuhan Yesus.