Penerapan Pembauran Ornamen Islam dan Tionghoa Dalam Arsitektur Masjid Muhammad Cheng Hoo

Abstract

AbstrakMasyarakat Indonesia pada abad ke 7 Masehi melakukan perdagangan dengan negeri Islam. Interaksi tersebut berpengaruh pada bentuk arsitektur bangunan masjid yang dibangun. Masjid di Indonesia pada umumnya mengadopsi masjid dari Timur Tengah dan ditambah dengan budaya lokal setempat. Tetapi masyarakat keturunan Cina yang beragama islam membangun masjid Muhammad Cheng Hoo dengan arsitektur khas Cina. Selain itu,  masjid Muhammad Cheng Hoo Makassar memiliki betuk yang unik dan menarik yang berdiri di tengah-tengah muslim Makassar yang secara umum memiliki budaya yang berbeda dengan muslim Cina. Sehingga, keberadaan masjid ini sebagai wujud atau simbol dari toleransi antar etnis dan budaya. Konsep arsitektur pada masjid ini merupakan perpaduan antara Islam-Tiongkok dan keunikannya berada pada ragam hias dari masjid yang memiliki makna serta nilai.Kata kunci : Pembauran, Budaya, Masjid AbstractIndonesian society in the 7th century AD traded with the Islamic state. These interactions have an effect on the architectural form of the mosque building that was built. Mosques in Indonesia generally adopt mosques from the Middle East and are added with local culture. But the Chinese descendants of Islam who built the Muhammad Cheng Hoo mosque with Chinese architecture. In addition, the Muhammad Cheng Hoo Mosque in Makassar has a unique and interesting place that stands in the midst of Makassar Muslims who generally have a different culture with Chinese Muslims. So, the existence of this mosque as a form or symbol of tolerance between ethnicity and culture. The architectural concept in this mosque is a blend of Islam-China and its uniqueness is in the decoration of the mosque which has meaning and value.Keywords : Integration, Culture, Mosque