PERKEMBANGAN LEMBAGA AGAMA ISLAM DI KOTAMADYA PONTIANAK PADA AKHIR ABAD KE 20
Abstract
Artikel ini bertujuan mengungkapkan dan menjelskan masuk dan berkembangnya agama Islam serta perkembangan lembaga agama Islam. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yaitu menjelaskansuatu persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukan, bahwa masuknya agama Islam di Kalimantan Barat atau Kotamadya Pontianak khususnya bukanlah dibawa oleh suatu badan khusus dibawah naungan organisasi Islam, melainkan hanya merupakan kegiatan perorangan, mengajarkan dan menyampaikan ajaran-ajaran (da’wah) yang dilakukan sambil berdagang. Daerah pesisir utara Kalimantan Barat yang membujur dari Selatan ke utara yang meliputi daerah-daaerah Ketapang, Sukadana, Matan, Mempawah dan Sambas merupakan daerah-daerah yang pertam kali mendapat pengaruh agama Islam. Perekembangan selanjutnya menyusuri Sungai Kapuas, Sungai Landak terus masuk sampai kedaerah pedalaman. Pembawa pengaruh agama Islam ini adalah para pendatang (pedagang) dari Sumatera Selatan (Palembang), Jawa bahkan dari Brunei dan juga orang-orang asing dengan melalui perdagangan dan tidak melalui misi organisasi keagamaan. Masuknya Islam di Kotamadya Pontianak bersamaan dengan berdirinya Masjid Sultan Abdurrahman atau kerajaan Pontianak. Kerajaan Pontianak didirikan pada tahun 1771 oleh Syarif Abdurrahman, putera Al-Habib Husein, seorang ulama besar yang menurut sejarahnya berasal dari penduduk Kota Trim Hadralmaut negeri Arab. Perkembangan agama Islam juga dapat dilihat dari pertumbuhan dan perkembangan lembaga-lembaga pengembangan Islam seperti alim ulama, masjid atau musalla dan organisasi-organisasi pengembangan Islam lainya.