EMHA AINUN NADJIB DAN TEOLOGI HARMONI SOSIAL DALAM PERSPEKTIF SOSIOLOGI AGAMA
Abstract
Tantangan kehidupan keberagamaan yang terus berkembang, narasi baru terus tumbuh yang disebabkan terbukanya kran reformasi, polarisasi politik, hingga munculnya media baru. Dalam ruang itu Harmoni sosial tak lagi menjadi tema utama, namun lebih pada diskursus ideologi yang menyebabkan menguatnya polarisasi keagamaan. Dalam konteks itu, Emha Ainun Nadjib tetap konsisten dengan perjuangan harmoni sosial di aras masyarakat bawah. Konsistensinya memiliki signifikansii sosial yang dibangun dengan pola pikir adaptif melalui tiga hal: kerangka sufisme (sturukturalisme transendental), based on living values berupa paham agama yang berbasis pada kehidupan, dan kerangka historis-antroposentris. Gerak sirkular tiga hal ini yang nantinya membangun teologi harmoni sosial Emha Ainun Nadjib.The religious life takes new challenges lately, new narration of religious issue continues to grow due to the reformation 1998, political polarization, and the emergence of new media. In this space, religious social harmony is no longer the main discourse, but rather the ideological discourse that causes strengthening religious polarization. In that context, Emha Ainun Nadjib remains consistent with the struggle for building social harmony in society. His consistency has social significance caused by his adaptive thought through three things: a framework sufism (transcendental structuralism), based on living values in the form of religious understanding based on social life, and historis-anthropocentric framework. These three circular movements build the theology of Emha Ainun Nadjib's social harmony. Keyword; teologi harmoni, living values, transendensi, Historis-antroposentris