Perbedaan Ansietas pada Pasien Hemodialisa Berdasarkan Perspektif Gender

Abstract

Pasien yang menjalani terapi hemodialisa selama hidupnya akan bergantung dengan alat dializzer, prosedur hemodialisa harus dilakukan secara rutin dan berkelanjutan dengan frekuensi 2-3 kali dalam satu minggu. Profil data menunjukkan bahwa gagal ginjal kronis diIndonesia sedikit lebih banyak menyerang laki-laki daripada perempuan, individu yang mengalami gagal ginjal kronis dan sedang menjalani proses hemodialisa sangat berpotensi terhadap masalah gangguan emosional. Ansietas merupakan gangguan utama yang dapat timbul akibat prosedur hemodialisa, seseorang menjalani hemodialisa akan memiliki kekhawatiran, ketakutan, dan ketidakpastian akibat dari persepsi negatifnya.Peneliti telah mengidentifikasi perbedaan ansietas pasien hemodialisa berdasar perspektif gender melalui uji Kruskalwallis. Hasil menunjukkan bahwa didapatkan p-value sebesar P = 0.488, hal ini memiliki arti bahwa tidak ada perbedaan ansietas yang dialami baik oleh responden laki-laki maupun responden perempuan. Kemunculan ansietas secara umum pada pasien hemodialisa diakibatkan karena berbagai faktor seperti masalah finansial yang harus didukung dengan pemanfaatan asuransi kesehatan, tingkat pemahaman terhadap penyakit dan prosedur terapi, dan riwayat menjalani prosedur terapi