Memaknai Penyelamatan Zipora atas Rencana Tuhan Membunuh Musa

Abstract

In the Bible it is often found a difficult part to understand, especially in this paper about the plan of the Lord who wanted to kill Moses. Even if you look deeper, Moses is a person sent by the LORD to free the nation of Israel from occupation in Egypt. This section needs to be examined more deeply, so that it can be searched for what is the basis of this action of the Lord, and at the same time what theological meanings are contained in this section, which are also relevant to present life. Through word study research efforts, it can be found that the plan of the Lord to kill Moses was not a playful plan, but it was a truly serious plan. But all these plans could be failed because Zipporah, the wife of Moses, succeeded in making atonement with the LORD through the foreskin of Moses 'son who was affixed to Moses' pubic. This indicates that the Lord's plan occurred because Moses was negligent in keeping his holiness, which is to circumcise his child. Holiness is the most important thing in carrying out all forms of service and call of God. If this holiness was ignored, then it could be that the Lord's plan to send someone turned into the anger of the LORD against the one sent.Abstrak: Dalam Alkitab seringkali dijumpai bagian yang sulit untuk dipahami. Terkait dengan tulisan ini, bagian yang sangat sulit itu adalah tentang rencana TUHAN yang hendak membunuh Musa. Padahal kalau dilihat lebih dalam lagi, Musa adalah orang yang diutus oleh TUHAN untuk membebaskan bangsa Israel dari kerja paksa di Mesir. Bagian ini perlu untuk diteliti lebih dalam lagi, agar dapat dicari apa yang menjadi dasar dari tindakan TUHAN ini, dan sekaligus ditarik makna teologi apa yang terkandung dalam bagian ini, yang juga relevan bagi kehidupan sekarang. Melalui studi kata, maka dapat dijumpai bahwa rencana TUHAN membunuh Musa bukanlah rencana yang main-main, tetapi merupakan rencana yang memang sungguh-sungguh. Namun semua rencana itu dapat digagal-kan karena ada Zipora, istri Musa, yang berhasil mengadakan upaya ‘pendamaian’ dengan TUHAN melalui kulit khatan anak Musa yang ditempelkan ke ‘kemaluan’ Musa. Ini menandakan bahwa rencana TUHAN itu terjadi karena Musa telah lalai dalam menjaga kekudusan dirinya, yaitu menyunatkan anaknya. Kekudusan meru-pakan hal terpenting dalam menjalankan segala bentuk pelayanan dan panggilan TUHAN. Apabila kekudusan ini diabaikan, maka bisa saja rencana TUHAN mengutus seseorang berubah menjadi kemarahan TUHAN terhadap yang diutus.