Bediuzzaman Said Nursi and The Sufi Tradition

Abstract

Berbicara tentang pribadi dan pemikiran Bediuzzaman Said Nursi, artikel ini dimaksudkan untuk mengungkap jati diri tokoh sufi modern dari Turki ini. Analisis diawali dengan melihat ajaran dasar sang tokoh bahwa sufisme di satu sisi masih merupakan sesuatu yang penting bagi seorang muslim, tetapi di sisi lain juga sangat mudah menjadikan keimanan seseorang mengarah pada titik yang salah. Meskipun tidak semuanya, ada beberapa praktek dan tradisi sufisme yang tidak benar dan tidak lagi cocok untuk diamalkan pada masa Said Nursi hidup, bahkan mungkin juga pada masa sekarang. Terkait dengan hal ini, Nursi menawarkan satu alternatif yang menurutnya didasarkan pada al-Quran dalam meniti jalan sufisme, tanpa menafikan adanya cara-cara yang lainnya. Alternatif yang disebutnya sebagai Haqiqa, cara a la Risalat al-Nur, ini terdiri dari empat langkah, bukan tujuh atau pun sepuluh langkah sebagaimana umumnya dalam ajaran sufisme: al-` ajz, al-faqr, al-shafaqa, dan al-tafakkur. Di samping itu bagi Nursi, Sufisme harus dipraktekkan dalam bingkai dan tanpa meninggalkan shari`a karena shar`a bukanlah sisi luar dari Islam, tetapi merupakan satu sistem utuh yang mencakup inner dan sekaligus outer aspect dari Islam. Artikel ini juga melihat jejak-jejak pengaruh pemikiran tokoh-tokoh besar sufi dalam pemikiran Nursi, seperti Abu Hamidal-Ghazali, Abd al-Qadir al-Jilani, dan Ahmad Rabbani al-Sirhindi.