DERADIKALISASI AGAMA MELALUI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL-INKLUSIV (Studi pada Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo)

Abstract

Lately religious life in Indonesia experienced a fairly loud dynamics with theemergence of many cases of religious radicalism background. This has resulted in lossof lives wasted and physical damage to the building. But more horrible is the breakdownof social relations between the nation and the erosion of social capital of trust betweenone another. Though the government has taken various measures such as theestablishment of BNPT, Detachment 88 anti-terror legislation and government regulationon the prohibition of blasphemy/desecration of religion. However, this step does notreduce the percentage of religious radicalism. Even more days of religious radicalismincreasingly fertile. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Central Java have developedand internalized models of religious education curriculum-based multicultural inclusivismin order to counteract the movement of religious radicalism. The curriculum is a set ofvalues that are as straight as implemented by students, such as living together,understand each other differentness, diversity of teaching. The students are taught to live in peace, side by side with each other, in the middle of the variance differences exist between them. In addition, the value Uswah Khasanah (good role models) from Kyai and the Ustadz/Theacer of the main pillars in the internalization efforts multiculturalinclusivism values in Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Keywords: deradicalised of religion; pesantren; multicultural-inclusiv.Akhir-akhir ini kehidupan beragama di Indonesia sangat dinamis denganmunculnya berbagai kasus yang berlatar belakang radikalisme keagamaan. Radikalismekeagamaan telah mengakibatkan ribuan nyawa melayang dan kerusakan fisik yangluarbiasa. Tetapi yang lebih mengerikan adalah jalinan hubungan dan kepercayaanantarwarga sebagai modal social mengalami erosi yang cukup dalam. Pemerintah telahmengambil berbagai langkah seperti pembentukan BNPT, Densus 88, undang-undanganti-teror dan peraturan pemerintah tentang larangan penghujatan / penodaan agama.Namun, langkah ini tidak mengurangi persentase radikalisme agama. Semakin lamaradikalisme agama semakin subur. Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo Jawa Tengahtelah mengembangkan dan menginternalisasikan model kurukulum agama berbasisinklusivisme multikultural untuk menangkal gerakan radikalisme agama. Kurikulummerupakan seperangkat nilai-nilai yang disusun dan diterapkan oleh siswa, sepertihidup bersama, saling memahami keperbedaan satu dengan yang lain, dan keragamanmengajar. Para siswa diajarkan untuk hidup dalam damai, berdampingan satu samalain, di tengah-tengah ragam perbedaan diantara mereka. Selain itu, nilai UswahKhasanah (teladan yang baik) dari Kyai dan Ustadz menjadi pilar utama dalam upayainternalisasi nilai-nilai multikultural-inklusivisme di Ponpes Imam Syuhodo Sukoharjo.Kata kunci: deradikalisasi agama; pesantren; multikultural-inklusif.