KADERISASI MUHAMMADIYAH DALAM ASPEK SOSIAL DI AMBARAWA PRINGSEWU LAMPUNG

Abstract

An organization that want to exist needs qualified human resouces because it can strengthen the organiztion and become a leadership connector.  Muhammadiyah is an organization that needs qualified human resources called militant cadre. Muhammadiyh generation is necessary because without it, Muhammadiyah  will become weak organization. The problem happened is the difficulty in generating militant cadre in Muhammadiyah. From the beginning, Muhammadiyah  has Al Maun spirit and become one of the imlementations that Muhammadiyah is social movement. Based on the problem mentioned, it is necessary to disclose the extent to which Muhammadiyah genertion in social aspect. Then, this study used descriptive qualitative method and the data gained from branch leader and assembly chairman of LazisMu, Dikdasmen, and Tabligh. The result of this study is appropriate with social theory such social act, cooperation between assembly in social activities and be able to find social consensus / social agreement that generates  militan and less mlitant  Muhammadiyah cadre.Abstrak: Sebuah organisasi yang ingin terus eksis perlu memiki Sumber Daya Manusia berkualitas, karena SDM yang berkualitas akan memperkuat organisasi dan siap menjadi penyambung estafet kepemimpinan. Muhammadiyah merupakan sebuah organisasi yang memerlukan SDM berkualitas, ini disebut sebagai kader militan. Kaderisasi Muhammadiyah sebuah keniscayaan yang perlu dilakukan oleh Muhammadiyah, tanpa kaderisasi Muhammadiyah akan menjadi organisasi yang keropos. Permasalahan yang terjadi adalah sulitnya melahirkan kader-kader militan di Muhammadiyah. Muhammadiyah sejak awal berdirinya telah memiliki spirit al-Ma’un dan ini menjadi salah satu implementasi bahwa Muhammadiyah adalah gerakan sosial. Dari permasalahan tersebut, perlu diungkapkan sejauh mana kaderisasi Muhammadiyah dalam aspek sosial. Selanjutnya, dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan mengambil data dari Pimpinan Cabang dan Ketua Majelis LazisMu, Dikdasmen, dan Tabligh. Hasil dari penelitian ini sesuai dengan teori sosial yaitu tindakan sosial, bekersamanya antar Majelis dalam melakukan kegiatan sosial mampu menghasilkan konsensus sosial/kesepakatan sosial yaitu melahirkan kader muhammadiyah yang militan dan kurang militan.