دلالة أفعال الرسول على الأحكام والتأسي بها عند الإمام السمعاني: دراسة تحليلية أصولية على كتابه قواطع الأدلة في أصول الفقه

Abstract

Findings of the study showed that Imam Sam’ani had ushul opinions on the deeds of Prophet Muhammad, and the deeds can be divided into five types: First: Jibilliyah (deed that is suitable with the nature of human being) is mubah. Second: Al ‘Adiyyah (deed that is conforming with local habit and culture) is mubah at its origin, except the Prophet made it as routine one. Third: special law of deed for the Prophet Muhammad is not necessary to follow by his followers, but law of the deed was fardhu, haram and halal for Prophet Muhammad himself. Fourth: thedeed of Prophet Muhammad with sanction in nature was compulsory for his, and the laws following it will be depended on the cause. If the sanction was toward two persons, then Qadha’ law was in effect. Fifth: Deeds of Prophet Muhammad related to religious problems and worship were divided into three types: 1) affirmative deed, the law was according to what is affirmed. 2) Deed that was a realization or implementation, the law of the deed was according to what is ordered. 3) A deed that Prophet Muhammad just did it without any cause. The deed with no law consisted of two types: 1) the deed that was intended to worship, 2) the deed that was intended not to worship. The deed for worship had sunnah law according to the researcher and Imam Sam’ani did not made tarjih. The deed that was not intended to worship was mubah. According to law of At-Ta Assy (following) the deed of Prophet Muhammad, then there were 2 types: 1) It is obligated to follow the deed of Prophet Muhammad; 2) the law is according to types of laws contained in the deeds by considering Ta Assy prerequisites. If there was a conflict between what was said by the Prophet and his behavior, then Imam Sam’ani suggested to take opinion of equating of the two. However, researcher suggested to hold to what was said by the Prophet, and his behavior was just for him.Hasil dari penelitiannya ini, bahwasanya Imam Sam’any memiliki pendapat-pendapat ushul dalam hukum-hukum perbuatan Rasulullah, dan peneliti membagi perbuatan Rasulullah menjadi lima macam: yaitu; Pertama: Hukum perbuatan Rasulullah yang Jibilliyah (perbuatan yang sesuai fitrah manusia) adalah Mubah, adapun jika seseorang melakukannya karena cinta dengan Nabi, maka peneliti memandang untuk tidak disyariatkan mengikutinya, Kedua; Hukum perbuatan Rasulullah Al ‘Adiyyah (perbuatan yang sesuai kebiasaan dan adat setempat) adalah Mubah pada asalnya, kecuali kalau perbuatan tersebut terdapat dalil yang menunjukkan disyariatkannya dan Nabi merutinkannya Ketiga; Hukum perbuatan yang khusus bagi Rasulullah adalah tidak disyariatkan bagi ummatnya, adapun bagi Nabi sendiri hukumnya ada yang fardhu, haram dan halal, Keempat; Hukum perbuatan Rasulullah yang bersifat sanksi adalah Wajib atas Beliau, dan hukum mengikutinya tergantung dengan sebabnya, adapun jika sanksi terhadap dua orang maka berjalan seperti hukum Qadha’, Kelima; Hukum perbuatan Rasulullah yang berkaitan dengan masalah agama dan ibadah, ini dibagi menjadi 3 macam, 1. Perbuatan yang sifatnya sebagai penjelas, hukumnya sesuai dengan yang dijelaskan, 2. Perbuatan yang sifatnya realisasi atau pelaksanaan, hukumnya sesuai dengan kandungan perintah, 3. Perbuatan yang Nabi melakukannya begitu saja tanpa ada sebab, perbuatan-perbuatan yang tidak diketahui hukumnya maka ada 2 jenis, 1. Jenis yang dimaksudkan untuk ibadah, 2. Jenis yang tidak,  jenis yang dimaksudkan untuk ibadah maka hukumnya sunnah menurut peneliti dan Imam Sam’ani tidak mentarjihnya, adapun yang tidak dimaksudkan untuk ibadah maka hukumnya mubah, adapun hukum At-Ta Assy (mengikuti) perbuatan Rasulullah, maka ada 2 jenis; 1. Wajib mengikuti perbuatan Nabi, 2. Hukumnya sesuai jenis hukum yang terkandung dalam perbuatan-perbuatan tersebut dengan memperhatikan syarat-syarat Ta Assy, adapun jika ada pertentangan antara perkataan Nabi dengan perbuatannya maka Imam Sam’any mengambil pendapat penyamaan antara keduanya, adapun peniliti mengambil pendapat berpegang kepada perkataannya, adapun perbuatan Nabi menjadi kekhususan Beliau. الملخص: نتيجة هذا البحث أن الإمام السمعاني له آراء أصولية في أحكام أفعال الرسول، وقسم الباحث الأفعال إلى الخمسة وهي؛ الأول: حكم الأفعال الجبلية الإباحة، والثاني: حكم الأفعال العادية الإباحة في الأصل، إلا إذا ورد دليل أو قرينة تدل على القرب، والثالث: حكم الأفعال الخاصة به، فهي خاصة به، إما أن يكون فرضا أو حراما حلالا له، والرابع: حكم الأفعال الواقعة عقوبة له على غيره فهو واجب له وحكم التأسي به منوط بالسبب وأما إذا فعله بين شخصين متداعيين فيجري مجرى القضاء، الخامس: حكم الأفعال المتعلقة بالديانات والقرب، فهي ثلاثة، 1. ما تكون بيانا، فهذا حكمها حسب المبين، 2.ما تكون تنفيذا فهذا حكمها كالأمر، 3. ما يكون ابتداء من غير سبب، والأفعال التي لا يعلم حكمها، ,وهو نوعان؛ الأفعال التي ظهر فيها قصد القربة فحكمها الندبوالإمام السمعاني لم يصرح في الترجيح، والتي لم يظهر فحكمها الإباحة عند الباحث، وأما حكم التأسي بأفعاله ` فواجب باعتبار الأول، والثاني فهي تابعة لحكم أفعاله مع مراعات الشروط، وإذا تعارض الفعل مع القول أخذ الإمام السمعاني بالتسوية وأما الباحث أخذ القول بالتمسك بقوله وحمل الفعل إلى الخصوصية.الكلمات الرئيسة: أفعال الرسول, التأسي, الحكم الشرعي, الإجتهاد