KARAKTER NABI YAHYA AS DALAM TAFSIR AL-RAZI

Abstract

Karakter Nabi Yahya As. yang tidak gamlang diungkap didalam al-Qur’an, padahal Nabi Yahya As telah diangkat oleh Allah SWT menjadi nabi saat usia kanak-kanak, maka untuk mengungkap hal tersebut, dibutuhkan kitab tafsir seperti tafsir karya al-Rāzī, Ibnu Katsir, al-Thabāri, al-Baidhāwi, al-Zamakhsyari dan Abu Hayyan. Berdasarkan pengamatan pada penafsiran surah Ali Imran ayat 39, sepintas terlihat bahwa penafsiran al-Rāzī begitu gamlang dan jelas dalam menjelaskan karakter nabi Yahya as, hal itu berbeda dengan mayoritas ulama tafsir diantaranya seperti Ibnu Katsir, al-Thabāri, al-Baidhāwi, al-Zamakhsyari dan Abu Hayyan yang sepintas terlihat tidak mendalam dan tidak ada memberikan kata atau simbol tertentu dalam menjelaskan tafsiran ayat sehingga sepintas terlihat menyusahkan dalam mengidentifikasi karakter nabi Yahya as. Penelitian ini menggunakan penelitian kepustakaan (library research). Kemudian untuk membahas kajian ini, penulis menggunakan metode maudu’i (tafsir tematik). Tafsir tematik adalah metode tafsir yang membahas ayat-ayat al-Qur’an sesuai dengan tema atau masalah yang telah ditetapkan, dalam hal ini tema tersebut adalah karakter Nabi Yahya As. Ditemukan bahwa karakter nabi Yahya as menurut al-Rāzī ada empat belas karakter, yaitu mushaddiqan bikalimātillah bermakna membenarkan kenabian Nabi Isa As, sayyidan bermakna tokoh, pemimpin yang lemah lembut dan berilmu, hasyūran bermakan zuhud dan menjaga diri dari nafsu, nabiyyan bermakna nabi utusan Allah SWT, min al-shālihīn bermakna anak yang sholeh berasal dari keturunan yang sholeh, mukhātaban minallah bermakna da’i utusan Alah SWT, al-hikmah bermakna paham kitab Taurat, mempunyai kedewasaan, akal cerdas saat masih kanak-kanak, hanānan bermakna lemah lembut, zakātan bermakna selalu menyucikan diri kepada Allah SWT, taqiyyan bermakna bertaqwa, barran biwālidaihi bermakna berbakti kepada kedua orang tua, lam yakun jabbāran bermakna rendah hati dan tidak sombong, lam yakun ‘asiyyan bermakna patuh dan tidak suka membangkang dan salāmun bermakna memperolah keselamatan saat kelahiran, kematian dan berbangkit. Kemudian ketika menjelaskan karakter nabi Yahya as, sumber berfikir yang digunakan al-Rāzi didalam tafsirnya lebih banyak dan dominan menggunakan akal sehingga perluasan makna yang diuraikan tampak secara rasional dan logis.