Da’wah bil Qalam

Abstract

Di tengah pergolakan politik yang terjadi di Indonesia antara oposisi dan pemerintah yang berkuasa (di bawah Presiden Joko Widodo), beberapa organisasi Islam membentuk gerakan protes dalam aksi damai (yang mahsyur dikenal debagai Aksi Bela Islam) serta melalui tulisan yang dapat dikategorikan sebagai bentuk gerakan Islam dengan metode da’wah bil qalam (dakwah melalui tulisan). Artikel ini mengeksplorasi ide bagaimana menulis disebut sebagai ‘perlawanan Islami’ bagi Muslim di Indonesia dan hubungannya dengan konsep fillah, jihad dan amar ma'ruf nahi munkar. Dengan menggunakan penelitian kepustakaan, artikel ini mengungkap hubungan antara penulisan (da’wah bil qalam) dengan Islam politik dan “perlawanan Islami” sebagai semangat kebangkitan Islam dalam dua periode penting di Indonesia, yaitu Orde Baru dan reformasi (pasca-Soeharto atau era kontemporer). Masing-masing periode membentuk cara da’wah bil qalam yang berbeda. Di Orde Baru, karena penindasan oleh pemerintah, beberapa aktivis Islam mulai menggunakan tulisan sebagai media untuk melakukan dakwah ketimbang berkhotbah melalui mimbar-mimbar. Para penulis Muslim harus “membungkus” kritik terhadap pemerintah dengan “cara yang indah”. Setelah reformasi, da’wah bil qalam menjadi lebih terbuka. Da’wah jenis ini pun telah berkembang melalui internet, khususnya di media sosial. Namun demikian, intinya masih sama: da’wah bil qalam dapat dianggap sebagai bentuk perlawanan terhadap kehadiran negara yang dianggap tidak memihak pada golongan tertentu umat Islam.