KAWASAN BANTARAN SUNGAI CIKAPUNDUNG SEBAGAI PERMUKIMAN MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH (MBR) DI KOTA BANDUNG

Abstract

Abstract: The city of Bandung has always been a tourist attraction with various activities every year. Bandung population growth rate in the last 5 years reached 0.89% per year and in the expansion area reached 6.79% per year. With an area of only about 17,000 ha, Bandung is now inhabited by ± 2.481.901 inhabitants. The rate of population growth above the average growth rate of the population of West Java province. No wonder the average population density is 145 people / ha. Though ideally the population density of Bandung is 50-60 people / Ha. There are 657 districts and 57,687 homes that experience environmental degradation and 67 areas identified as urban slums. The implication of the high urbanization of Bandung City in Metropolitan scale to the scale of the region emerged the problem of integration of settlements with surrounding functions. The problem of settlement of Bandung City also includes segmentation of residential objects such as Low Income Community (MBR), non MBR, immigrants, local residents, students and workers of various Sectors. Thus the problems of the settlement of Bandung City include low level of fulfillment of adequate housing needs, limited access of Low Income Community to housing resources, unfinished system of financing and housing market, decreasing the quality of housing and settlement environment and not yet integrated development of area Housing and settlements with the construction of housing and settlement infrastructure, facilities and utilities. This research method to find out how far the level of slum settlement contained in Cihampelas Bandung Settlement and recommendations that can be done for the improvement of the settlement of the kampong. Keyword:Urbanization, Integration, Human settlement, Metropolitan Abstrak: Kota Bandung selalu menjadi daya tarik pendatang dengan berbagai aktivitas setiap tahunnya. Laju pertumbuhan penduduk Kota Bandung dalam 5 tahun terakhir mencapai 0,89% per tahun dan di wilayah perluasan mencapai 6,79% per tahun. Dengan luas wilayah hanya sekitar 17.000 Ha, Bandung kini dihuni oleh ± 2.481.901 jiwa. Laju pertambahan penduduknya diatas laju pertumbuhan rata-rata penduduk provinsi Jawa Barat. Tidak heran jika tingkat kepadatan penduduk rata-rata 145 jiwa/Ha. Padahal idealnya tingkat kepadatan penduduk Kota Bandung adalah 50-60 jiwa/Ha. Terdapat 657 kawasan dan 57.687 rumah yang mengalami penurunan kualitas lingkungan dan 67 kawasan diidentifikasi sebagai kawasan kumuh perkotaan. Impilikasi dari tingginya urbanisasi Kota Bandung dalam skala Metropolitan hingga skala kawasan muncul masalah integrasi permukiman dengan fungsi sekitarnya. Permasalahan permukiman Kota Bandung juga meliputi segmentasi objek hunian seperti masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), non MBR, pendatang, penduduk lokal, mahasiswa dan pekerja berbagai sektor. Dengan demikian masalah-masalah yang permukiman Kota Bandung meliputi rendahnya tingkat pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak, terbatasnya akses Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) terhadap sumber daya perumahan, belum mantapnya sistem pembiayaan dan pasar perumahan, menurunnya kualitas lingkungan perumahan dan permukiman dan belum terintegrasinya pengembangan kawasan perumahan dan permukiman dengan pembangunan prasarana, sarana, dan utilitas perumahan dan permukiman. Metode penelitian ini untuk mengetahui sejauh mana tingkat kekumuhan pemukiman yang terdapat di Permukiman Cihampelas Bandung dan rekomendasi yang dapat dilakukan demi perbaikan pemukiman kampung tersebut. Kata kunci: Urbanisasi, Integrasi, Pemukiman, Metropolitan