Pendidikan Agama Dalam Meningkatkan Kkemandirian Shalat Pada Anak Tuna Grahita (Studi Deskriptif Kualitatif di Barehsos Disgranda “RAHARJO” Sragen)
Abstract
Anak tunagrahita adalah anak yang memiliki keterbatasan kecerdasan di bawah anak normal, dimana belum mampu untuk mengurus dirinya sendiri. Tetapi anak tunagrahita mempunyai kewajiban yang sama dengan anak normal yaitu melaksanakan shalat karena termasuk makhluk Allah SWT yang berakal. Penelitian ini bertujuan mendiskripsikan dan menganalisis tentang pelaksanaan pendidikan agama dalam meningkatkan kemandirian shalat pada anak tunagrahita, metode yang digunakan, serta faktor pendukung dan penghambat. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dengan mengambil latar Balai Rehabilitasi Sosial Disgranda “RAHARJO” Sragen. Hasil penelitian menunjukkan: Pertama, pelaksanaan pendidikan agama dalam meningkatkan kemandirian shalat menekankan pada proses bimbingan budi pekerti dan bimbingan shalat agar anak tuna grahita mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah SWT, sehingga dapat memberikan kedisiplinan diri, kemandirian diri, dan ketentraman jiwa anak tuna grahita, karena agama merupakan kebutuhan psikis manusia. Dengan demikian akan dapat mengenal shalat, mengenal tata cara shalat, dapat menghafal bacaan shalat serta dapat melakukan gerakan shalat dengan baik. Kedua, ada beberapa metode yang digunakan yaitu metode ceramah, metode demonstrasi, metode tanya jawab, metode praktek, dan metode pemberian motivasi. Ketiga, ada tiga faktor yang mendukung yaitu, sebagai seorang muslim wajib hukumya untuk menjalankan ibadah shalat, tidak terkecuali anak tuna grahita dengan segala kekurangan yang dilikinya, para pembimbing agama terdorong mengamalkan ilmunya dengan penuh keikhlasan supaya anak tuna grahita bisa menjalankan shalat sebagaimana mestinya dengan mandiri, penuh kesadaran tanpa diperintah oleh siapapun, serta penyampaian materi yang diberikan diselaraskan dengan metode yang disesuaikan dengan kebutuhan anak tuna grahita. Sedangkan selain faktor pendukung ada pula faktor penghambatnya yaitu tingkat intelegensi anak tuna grahita berbeda-beda, tingkat konsentrasi anak tuna grahita yang mudah terganggu, dan jumlah pembimbing agama sangat terbatas.