Epistemologi Tafsir: Mengurai Relasi Filsafat dengan Al-Qur’an

Abstract

The Quran interpretation is always developing and shifting, from tafsir bil riwayat to the tafsir bil ra'yu. This shift and development cannot be separated from the search for meaning that the readers of the text (Quran) do which later gave birth to the interpretation epistemology. The birth of this interpretation epistemology results from human (reader - creatures of thought) interaction with the Qur'an. This paper aims to discuss the relation between philosophy and the Quran in constructing the epistemological discourse of interpretation as an important discourse in the development of interpretation. This paper seeks to find the answer to how the epistemology of interpretation occurred. To answer this question, this paper will describe and analyse the potential of human thinking and the Quran in the form of a text (mushaf). This paper departs from the assumption that philosophy as the product of thought becomes a distinct path for humans to communicate the silent texts with changing contexts. From the analysis of various explanations, this paper finally concludes that there are several aspects that led to the birth of the epistemology of interpretation. The Quran as kalamullah is sacred and transmitted from oral to written, so that it is open to public and free to be interpreted. In addition, background influence such as pre-understanding of the interpreter, methods and approaches used in the interpretation of the Quran contributes to the birth of the interpretation epistemology.Abstrak:Fenomena penafsiran al-Qur’an senantiasa mengalami perkembangan dan pergeseran sekaligus, dari tafsir bil riwayat menjadi tafsir bil ra’yu, dan seterusnya. Fenomena pergeseran dan perkembangan tafsir ini tidak bisa dilepaskan dari pencarian makna yang dilakukan oleh pembaca teks (al-Qur’an), yang kemudian melahirkan epistemologi tafsir. Kelahiran epistemologi tafsir ini tercipta dari manusia (reader –makhluk berfikir) dengan al-Qur’an. Tulisan ini hendak mendiskusikan relasi filsafat dengan alQur’an dalam memunculkan wacana epistemologi tafsir sebagai wacana penting dalam pengembangan dunia penafsiran. Pertanyaan yang hendak dijawab dalam tulisan ini adalah bagaimana epistemologi tafsir itu terjadi? Untuk menjawab pertanyaan ini, tulisan ini akan mendiskripsikan sekaligus menganalisis potensi berfikir manusia, serta al-Qur’an dalam bentuk teks (mushaf). Tulisan ini berangkat dari asumsi bahwa filsafat sebagai kerja berfikir menjadi jalan tersendiri bagi manusia dalam mendialogkan teks yang diam, dengan konteks yang berubah-ubah. Dari berbagai penjelasan, akhirnya tulisan ini menyimpulkan bahwa ada beberapa aspek yang menyebabkan lahirnya epistemologi tafsir, yakni al-Qur’an sebagai Kalamullah yang disakralkan bertransmisi dari lisan ke tulisan, sehingga bersifat open publik—bebas ditafsirkan. Selain itu, pengaruh latar belakang (pra-pemahaman) penafsir, metode, serta pendekatan yang digunakan penafsiran al-Qur’an, semua aspek ini melahirkan epistemologi tafsir.