MEMAKNAI “TORANG SAMUA BASUDARA” (MANAJEMEN DAKWAH BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KOTA MANADO)
Abstract
Manado as one region which dwelt by moslem society the few has a lot of constraint deeping to develop and carries on religions life, one of it namely activity missionizes, it is caused because attitude streotype (bad think) people non moslem (majority) to moslem is still so strength. To muffle it skilled workers missionizes in each its mission activity tries to dig up local wisdom points that interconnection with prinisip in Islamic teaching that tassammuh (lenient), amongst those is local terminology “ Torang Samua Basudara ” (We all are brothers). This article utilize teoritik Koentjaraningrat's perspective about formula tripatri culture, where is local wisdom as elemental as social cohesion lasing in multicultural's society. Writer tries to lift this theme because at there are many frequent mission place is utilized as media to attack and sees or behalf with agglomerate another one. skilled workers missionizes then become happening trigger actor it conflict. In research, writer finds that management missionizes to get local wisdom basis this have contribution that really significant in render placating life and on good terms at Manado's city. Management missionizes to get local wisdom basis this ought to continually been developed as one strategy which its aim build interfaith harmonious relationship at region. Keywords:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan Lokal, Torang Samua Basudara.Manado sebagai sebuah daerah yang dihuni oleh minoritas masyarakat muslim mempunyai banyak kendala dalam mengembangkan serta menjalankan kehidupan keagamaannya, salah satunya yakni aktivitas dakwah, hal ini disebabkan karena sikap streotype (prasangka buruk) umat non-muslim (mayoritas) terhadap muslim masih begitu kuat. Untuk meredamnya para juru dakwah dalam setiap aktivitas dakwahnya coba menggali nilai-nilai kearifan lokal yang diinterkoneksikan dengan prinisip dalam ajaran Islam yang tassammuh (toleran), diantaranya adalah istilah lokal “Torang Samua Basudara” (Kita semua bersaudara).Artikel ini menggunakan perspektif teoritik Koentjaraningrat tentang rumusan tripatri kebudayaan, dimana kearifan lokal sebagai unsur penguat kohesi sosial dalam masyarakat multikultural. Penulis coba mengangkat tema ini karena di banyak tempat dakwah sering digunakan sebagai media untuk menyerang dan mendiskreditkan kelompok yang berseberangan paham atau kepentingan dengan kelompok yang lain. para juru dakwah kemudian menjadi aktor pemicu terjadinya konflik. Dalam penelitian, penulis menemukan bahwa manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini punya kontribusi yang sangat signifikan dalam mewujudkan kehidupan yang damai dan rukun di kota Manado. Manajemen dakwah berbasis kearifan lokal ini harusnya terus dikembangkan sebagai sebuah strategi yang tujuannya membangun hubungan harmonis antar agama di daerah. Kata Kunci:Manajemen Dakwah, Juru Dakwah, Toleran, Kearifan Lokal, Torang Samua Basudara.