Kitab Hadis Sekunder: Perkembangan, Epistimologi, dan Relevansinya di Indonesia
Abstract
Artikel ini menjelaskan tentang kitab/buku hadis sekunder, yakni kitab kreasi atas kitab hadis primer sebagai koleksi hadis yang tidak boleh dirubah. Telaah menunjukkan bahwa pasca dihimpunnya hadis-hadis dalam kitab sekunder, maka pada periode berikutnya hingga sekarang, mengalami dinamika format kitab yang berbeda dengan kitab primer. Kitab-kitab hadis sekunder terus mengalami perkembangan sesuai perubahan dan kebutuhan zaman, bahkan di Indonesia memiliki kekhasan utama yakni tambahan terjemahan dan penjelasan. Perkembangan tersebut tidak terlepas dari dimensi epistimologis yang merupakan prinsip-prinsip penting dalam proses penyusunan kitab. Aspek epistimologis dimaksud ialah (a) tujuan penulisan kitab untuk menyampaikan hadis Nabi yang bisa menjelaskan dan mudah diakses, (b) tema atau cakupan bahasan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan zaman, (c) sumber rujukan yang memadai dan mekanisme pengambilan yang standar, (d) sistematisasi penyajian sehingga runtut dan mudah dipahami, dan (e) sifatnya yang jelas, mudah, dinamis, dan menarik. Prinsip-prinsip tersebut sangat signifikan dan relevan, sehingga memengaruhi perkembangan kitab-kitab hadis yang relatif lebih dinamis, fleksibel, beragam, menarik, dan efektif.Kata Kunci: Perkembangan, Kitab Hadis, Epistemologi