TRADISI “ MANDOA” UNTUK ANAK KHATAM QURAN DALAM KELUARGA LUAS MINANGKABAU ( STUDI ETNOGRAFI, TRADIS MANDOA ANAK BERKHATAM QURAN DI TIGO BALEH BUKIT TINGGI SUMATERA BARAT)
Abstract
Upacara tradisional memiliki fungsi dalam mengokohkan nilai –nilai dan norma yang berlaku ditengah masyarakat. Salah satu bentuk bentuk upacara tradisional Minangkabau adalah tradisi mandoa bagi anak yang berkhatam Quran . Upacara ini patut diteliti dalam rangka menghargai budaya dan mempertahankan identitas diri bangsa serta upaya membangun karakter anak. penelitian ini memiliki tujuan menghasilkan suatu naskah yang berisikan diskripsi upacara mandoa bagi anak yang berkhatam Quran . Metode penelitian ini penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Alasan daerah Tigo Baleh bukit tinggi dan kabupaten Agam di jadikan daerah penelitian diantaranya atas dasar bahwa daerah ini yang tetap mempertahankan tradisi mandoa anak berkhatam Quran dari tahun ke tahun. Hasil Penelitian menunjukan bahwa tradisi mandoa bagi anak berkhatam Quran ini di daerah Bukit tinggi dan kabupaten Agam Sumatera Barat memiliki tujuan memberikan pengakuan kepada akan keberhasilan dalam membaca Alquran secara baik dan benar, pemberian kasih sayang dari berbagai karib kerabat . Tradisi mandoa ini adalah pengakuan dan penghormatan secara adat keluarga/family pihak ayah ( bako) kepada anak yang disebut dengan anak pisang.). Tradisi mandoa ini juga pengakuan atas asal usul diri seorang anak, dimana sianak berasal dari keturunan yang dianggap terhormat dan beradab di tengah masyarakat... Jadi tradisi mandoa menjadi penting karena membangun suatu hubungan silaturahmi yang baik Tradisi mandoa juga dapat menjadi sarana untuk mendidik diri menjadikan orang untuk bersifat manusiawi, memupuk semangat gotong royong, suka berkorban dan selalu bersyukur atas karunia yang telah di berikan oleh yang Maha Kuasa